BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan manusia dan pada dasarnya pendidikan merupakan
suatu investasi dalam modal manusia, karena pada hakekatnya adalah pengorbanan
di masa kini untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Sedangkan pendidikan
itu sendiri harus melibatkan suatu bagian waktu yang tentu saja mengurangi
kesempatan untuk menghasilkan yang lain. Karena itu tidaklah berlebihan bahwa
pendidikan harus menjadi sasaran utama dalam pembangunan. Upaya pemerintah dalam
meningkatkan pendidikan masyarakat antara lain diwujudkan dengan wajib belajar
9 tahun, namun pada kabupaten jombang
telah dicanangkan wajib belajar 12 tahun, serta dengan adanya peningkatan
anggaran pendapatan belanja negara untuk sektor pendidikan.
Wilayah kabupten Jombang
mempunyai letak geografis antara 5.200 –5.300 Bujur Timur
dan antara 7.20’ dan 7.45’ lintang selatan dengan luas wilayah 115.950 Ha atau
2,4% luas Propinsi Jawa Timur. Luas wilayah kabupaten 115.950 Ha atau 1.195,5
Km2. Terletak membentang antara 7.20’ dan 7.45’. Lintang Selatan
5.200 – 5.300 Bujur Timur. Kabupaten Jombang berbatasan
langsung dengan sebelah utara Kabupaten
Lamongan, sebelah selatan Kabupaten Kediri, sebelah timur Kabupaten Mojokerto,
sebelah barat Kabupaten Nganjuk. Administrasi Pemerintahan terdiri dari 21
Kecamatan dan 301 desa, 5 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan
Kabuh (13.233 Ha) dan yang terkecil Kecamatan Ngusikan (34,90 Ha).Jumlah
penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2004
adalah 1.160.434 jiwa terdiri dari 572.874 Laki-laki dan 578.560 Perempuan,
dengan perincian jumlah penduduk WNI sebesar 1.160.405 jiwa yang terdiri dari
572.866 laki-laki dan 587.539 perempuan, sedangkan jumlah penduduk WNA sebesar
29 jiwa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 21 perempuan. Pada tahun 2005 adalah
1.163.420 jiwa terdiri dari 574.221 Laki-laki dan 589.199 Perempuan, dengan
perincian jumlah penduduk WNI sebesar 1.163.396 jiwa yang terdiri dari 574.216
laki-laki dan 589.180 perempuan, sedangkan jumlah penduduk WNA sebesar 24 jiwa
yang terdiri dari 5 laki-laki dan 19 perempuan.Pada tahun 2006 adalah 1.168.097
jiwa terdiri dari 577.094 Laki-laki dan 591.003 Perempuan, dengan perincian
jumlah penduduk WNI sebesar 1.168.074 jiwa yang terdiri dari 577.088 laki-laki
dan 590.986 perempuan, sedangkan jumlah penduduk WNA sebesar 23 jiwa yang
terdiri dari 6 laki-laki dan 17 perempuan. Pada tahun 2007 adalah 1.174.059 jiwa terdiri dari 581.544 Laki-laki dan 592.512
Perempuan. Pada tahun 2008
adalah 1.343.379 jiwa terdiri dari 673.262 Laki-laki dan 670.117 Perempuan. Pada tahun 2009 adalah 1.348.199 jiwa
terdiri dari 675.584 Laki-laki dan 672.615 Perempuan, dengan perincian jumlah
penduduk WNI sebesar 1.348.178 jiwa yang terdiri dari 675.578 laki-laki dan
672.600 perempuan, sedangkan jumlah WNA sebesar 21 jiwa yang terdiri dari 6
laki-laki dan 15 perempuan. Pada tahun 2010 adalah 1.201.557 jiwa terdiri dari
597.219 Laki-laki dan 604.338 Perempuan ( Menurut Hasil Sensus 2010 BPS ).Penduduk
terbesar terdapat di kecamatan Jombang (148.494 jiwa), sedangkan terkecil di
Kecamatan Ngusikan ( 22.958 jiwa) pada tahun 2009 Pertumbuhan penduduk tahun
2007 s/d 2009 meningkat rata-rata 11,01 % pertahun.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari laporan ini antara lain.
1. Bagaimana
konsep pendidikan?
2. Bagaimana
konsep perencanaan pengembangan pendidikan?
3. Bagaimana
kondisi empiris pendidikan Kabupaten Jombang?
4. Bagaimana
kondisi geografis Kabupaten Jombang?
5. Bagaimana
proyeksi jumlah anak usia Sekolah Menengah Atas tahun 2000-2030?
6. Bagaimana
proyeksi guru Sekolah Menengah Atas tahun 2000-2030?
7. Bagaimana
proyeksi kebutuhan guru Sekolah Menengah Atas 2000-2030?
8. Bagaimana
proyeksi kebutuhan gedung Sekolah Menengah Atas tahun 2000-2030?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan laporan ini adalah.
1. Menjelaskan
konsep pendidikan.
2. Menjelaskan
konsep perencanaan pendidikan.
3. Menggambarkan
kondisi empiris pendidikan Kabupaten Jombang.
4. Menggambarkan
kondisi geografis Kabupaten Jombang.
5. Menjelaskan
proyeksi jumlah anak usia Sekolah Menengah Atas tahun 2000-2030.
6. Menjelaskan
proyeksi kebutuhan guru Sekolah Menengah Atas tahun 2000-2030.
7. Menjelaskan
proyeksi kebutuhan gedung Sekolah Menengah Atas tahun 2000-2030.
1.4 Manfaat
Manfaat
penulisan bagi penyusun
1. Menambah
pengetahuan mengenai perencanaan pendidikan Sekolah Menengah Atas di kabupaten Jombang
2. Mendapatkan
tambahan pengetahuan dari para pembaca apabila laporan ini dipublikasikan.
Manfaat
penulisan bagi pembaca
1. Menambah
pengetahuan mengenai perencanaan pendidikan Sekolah Menengah Atas di kabupaten Jombang
2. Dapat
ikut serta mewujudkan pengembangan perencanaan pendidikan Sekolah Menengah Atas
dengan pengetahuan yang telah didapatkan.
Manfaat
penulisan bagi pemerintah
1. Sebagai
data acuan untuk melakukan perencanaan pengembangan pendidikan Sekolah Menengah
Atas yang ada di kabupaten Jombang.
2. Mengetahui
keadaan empiris pendidikan Sekolah Menengah Atas yang ada di kabupaten Jombang
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Landasan
Teori
Dalam mengartikan
pendidikan, setiap personal mempunyai arti sendiri dalam mengartikan
pendidikan. Berikut beberapa contoh arti pendidikan yang ada. Menurut Kamus
Bahasa Indonesia, 1991:232,
Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat
awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik"
artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata "Pedagogi"
yaitu kata "paid" artinya "anak" sedangkan "agogos"
yang artinya membimbing "sehingga "pedagogi" dapat di
artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak". Menurut UU
No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Wikipedia, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Unsur-unsur pendidikan melibatkan banyak hal yaitu Subjek yang dibimbing
(peserta didik), Orang yang membimbing (pendidik), Interaksi antara peserta
didik dengan pendidik (interaksi edukatif), Ke arah mana bimbingan ditujukan
(tujuan pendidikan), Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi
pendidikan), Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), Tempat
dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Dalam laporan ini objek
unsur pendidikan yang akan dibahas berkenaan dengan perencanaan pengembangan
pendidikan ialah peserta didik, pendidik, dan tempat / lingkungan pendidikan.
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik ialah Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis
yang khas, sehingga merupakan insan yang unik, Individu yang sedang berkembang,
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi,
individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Yang dimaksud pendidik
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang
tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
Berkaitan dengan perencanaan pendidikan. Beberapa
definisi mengenai perencanaan antara lain:
-
Seperangkat tindakan untuk memecahkan
berbagai permasalahan, khususnya masalah social dan ekonomi pada satu periode rencana,
yang berorientasi pada horizon waktu ‘yang akan datang’, pada jenis dan tingkatan
perencanaan tertentu, di masa yang akan datang (Alden, 1974: 1-2),
-
Cara berpikir tentang masalah–masalah
sosial dan ekonomi, yang berorientasi pada waktu yang akan datang,
terkonsentrasi pada suatu tujuan dan keputusan bersama, serta berusaha untuk mewujudkan
program dan keputusan bersama (Friedmann,1964) • Sebuah proses untuk pilihan yang
logis (Davidoff,1962 in Faludi, 1983: 11)
-
Sebuah proses untuk mengarahkan
aktivitas manusia dan kekuatan alam dengan mengacu pada kondisi masa depan yang
diinginkan (Branch, 1998: 2)
-
Suatu lingkaran proses yang
berulang dari serangkaian tahapan-tahapan yang logis (Meise and Volwahsen,
1980: 3-5)
2.2 Perencanaan
Perencanaan bukanlah merupakan sebuah proses yang
terjadi secara otomatis. Dan telah cukup banyak model dikembangkan untuk
mendapatkan sebuah perencanaan yang efektif. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya tidak lain daripada proses
pemilihan yang sistematis, analisis yang rasional mengenai apa yang akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan lebih efektif dan efisien sehingga
proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat.
(Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,1994).
Terdapat empat aspek dalam perencanaan pendidikan, antara lain Berhubungan dengan
masa depan, seperangkat kegiatan, Proses yang sistematis, dan tujuan tertentu. Perencanaan sendiri bertujuan untuk menjadi
jembatan antara teori dengan praktek, dan digunakan untuk mengontrol masa depan
melalui apa-apa yang dilakukan pada masa ini. Perencanaan
yang baik hanya dapat diperoleh jika bisa memanfaatkan informasi sebanyak mungkin.
Karena itu, sudah saatnya perencanaan pendidikan dilakukan berdasarkan
data-data yang menunjang perbaikan dan bukan sekadar keinginan tertentu. Peta obyektif
pendidikan ini harus dilihat dari aspek sosial, agama, dan tradisi setempat,
sehingga akan sangat membantu perencanaan pendidikan yang baik.
Berdasarkan analisis data
sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk kabupaten
Jombang mengalami perumbuhan sebesar 3,07 % pertahun. Pertumbuhan penduduk akan
membawa permasalahan baru, dan untuk mempertinggi tingkat kehidupannya
memerlukan sarana pendidikan yang memadai.
Misalnya mengenai sarana fisik seperti gedung sekolah juga harus
diperhatikan karena sebagian besar gedung sekolah yang keadaannya sangat
memprihatinkan adalah gedung Sekolah Dasar. Selain kualitas dari gedung
tersebut juga harus diperhatikan mengenai pembangunan kuantitas gedung Sekolah
dasar seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Tentang sarana pendidikan,
selain sarana fisik seperti gedung sekolah dan sebagainya, juga sangat penting
ialah tenaga guru. Keluhan tentang kurangnya mutu pendidikan memang diakui, dan
ini dikarenakan berbagai sebab termasuk diantaranya jumlah guru. Oleh karena
itu peningkatan mutu pendidikan di sekolah harus dimulai dan dibarengi dengan
peningkatan kualitas tenaga pengajar. Pendidikan tenaga guru harus menyeleksi
menurut kemampuan, bakat, dan dedikasi calon guru agar mereka dapat
mengembangkan kemampuan mendidik mereka dengan sebaik-baiknya. Pada tahun 2010
Kabupaten Jombang memiliki jumlah guru sebesar 22127, pembagiannya adalah 2201
untuk guru TK, 8941 untuk guru SD, 5714 untuk guru SMP dan 5271 untuk guru SMA.
Data Pokok Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang
Tahun 2010-2011
TAMAN KANAK-KANAK
|
|||
TK/RA
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
3 / 0
|
354 / 267
|
621
|
Kelas
|
15/ 0
|
714 / 646
|
1.186
|
Murid
|
335 / 0
|
18161/16147
|
36.599
|
Guru
|
21 / 0
|
1168 / 1083
|
2.201
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
SEKOLAH DASAR
|
||||
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
|
Lembaga
|
536
|
22
|
558
|
|
Kelas
|
3.328
|
153
|
3.481
|
|
Murid
|
79.193
|
3.064
|
82.257
|
|
Murid 7 -
12 th
|
71.485
|
2.706
|
74.191
|
|
Guru
|
5.193
|
328
|
5.521
|
|
Ruang Kelas
|
3.304
|
294
|
3.598
|
|
Lulusan
|
13.038
|
355
|
13.393
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
SEKOLAH LUAR BIASA
|
|||
|
|
|
|
TKLB
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
|
3
|
3
|
Kelas
|
|
14
|
14
|
Murid
|
|
47
|
47
|
Guru
|
|
7
|
7
|
SDLB
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
2
|
9
|
11
|
Kelas
|
32
|
97
|
129
|
Murid
|
76
|
319
|
395
|
Guru
|
28
|
41
|
69
|
SMPLB
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
0
|
7
|
7
|
Kelas
|
0
|
26
|
26
|
Murid
|
0
|
64
|
64
|
Guru
|
0
|
12
|
12
|
SMALB
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
0
|
3
|
3
|
Kelas
|
0
|
15
|
15
|
Murid
|
0
|
48
|
48
|
Guru
|
0
|
9
|
9
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
SLTP NEGERI/SWASTA
|
||||
|
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
|
47
|
64
|
111
|
Kelas
|
|
795
|
330
|
1.125
|
Murid
|
|
28.494
|
9.860
|
38.354
|
Murid 13 - 15 th
|
|
22.416
|
7.628
|
30.044
|
Guru
|
|
1.752
|
1.080
|
2.832
|
Ruang Kelas
|
|
779
|
366
|
1.145
|
Lulusan
|
|
8.993
|
3.240
|
12.233
|
Sumber: Dinas Pendidikan
Kabupaten Jombang
MADARASAH IBTIDAIYAH
|
|||
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
5
|
256
|
261
|
Kelas
|
72
|
1.818
|
1.890
|
Murid
|
2.414
|
40.652
|
43.066
|
Murid 7 -
12 th
|
2.200
|
36.370
|
38.570
|
Guru
|
153
|
3.358
|
3.511
|
Ruang Kelas
|
72
|
1.636
|
1.708
|
Lulusan
|
350
|
6.211
|
6.561
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
SMU
NEGERI / SWASTA
|
||||
|
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
|
12
|
36
|
48
|
Kelas
|
|
218
|
315
|
533
|
Murid
|
|
7.137
|
9.409
|
16.546
|
Murid 16 -
18 th
|
|
5.025
|
6.438
|
11.463
|
Guru
|
|
602
|
1.008
|
1.610
|
Ruang Kelas
|
|
204
|
274
|
478
|
Lulusan
|
|
2.263
|
2.898
|
5.161
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
SMK NEGERI /
SWASTA
|
||||
|
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
|
7
|
49
|
56
|
Kelas
|
|
201
|
433
|
634
|
Murid
|
|
7.200
|
16.165
|
23.365
|
Murid 16 -
18 th
|
|
5.266
|
12.934
|
18.200
|
Guru
|
|
495
|
1.293
|
1.788
|
Ruang Kelas
|
|
137
|
389
|
526
|
Lulusan
|
|
1.759
|
4.685
|
6.444
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
MTs
NEGERI / SWASTA
|
||||
|
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
|
17
|
106
|
123
|
Kelas
|
|
276
|
518
|
794
|
Murid
|
|
10.391
|
16.352
|
26.743
|
Murid 13 -
15 th
|
|
9.194
|
12.316
|
21.510
|
Guru
|
|
754
|
2.100
|
2.854
|
Ruang Kelas
|
|
281
|
537
|
818
|
Lulusan
|
|
3.012
|
5.324
|
8.336
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
MA Negeri/Swasta
|
||||
|
|
Negeri
|
Swasta
|
Jumlah
|
Lembaga
|
|
10
|
64
|
74
|
Kelas
|
|
169
|
338
|
507
|
Murid
|
|
5.842
|
8.863
|
14.705
|
Murid 16 -
18 th
|
|
4.380
|
6.258
|
10.638
|
Guru
|
|
511
|
1.415
|
1.926
|
Ruang Kelas
|
|
131
|
326
|
457
|
Lulusan
|
|
1.712
|
2501
|
4.213
|
Sumber: Dinas
Pendidikan Kabupaten Jombang
Dari data tahun 2010-2011 diatas menunjukkan bahwa
jumlah siswa dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas termasuk
Madrasah sebesar 486805 siswa, jumlah sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai
Sekolah Menengah Atas termasuk Madrasah sebesar 1876, jumlah tenaga pendidik
Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas termasuk Madrasah sebesar 19508.
2.3 Landasan Empiris
Propinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk yang padat
memerlukan pembangunan yang berkelanjutan. Namun tingginya angka buta huruf,
serta banyaknya anak yang tidak mengenyam bangku sekolah seakan menambah
kesuliatan dalam hal pembangunan itu sendiri.
Jumlah penduduk Jawa Timur menurut hasil sensus penduduk
yaitu 14.210.471 jiwa merupakan jumlah yang sangat besar. Selain itu sebagian
besar dari jumlah tersebut merupakan penduduka pada usia muda. Kondisi
demografi yang demikian menunjukkan bahwa potensi sumber daya manusia
seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal. Namun kenyataannya masih
tingginya angka pengangguran, serta angka buta huruf yang tidak juga turun
menunjukkan bahwa pendidikan masih belum terlalu besar peranannya dalam
pembangunan.
BAB
III
METODE
PELAKSANAAN
3.1 Rancangan /
Pendekatan
Rancangan pelaksanaan meliputi proses pengumpulan
data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian. Dalam hal
ini penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai
suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan
penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Metode deskripsi adalah suatu metode
dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam melaksanakan pendekatan deskripif, maka
langkah-langkah umum dari laporan ini adalah sebagai berikut:
-
Memilih dan
merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut
serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
-
Menentukan
tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.
-
Menelusuri
sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Sumber-sumber yang digunakan dalam laporan ini berasal dari data
sensus penduduk tahun 2000 kabupaten Jombang, data-data dari Dinas Pendidikan
Nasional dan Departemen Agama kabupaten Jombang.
-
Merumuskan
hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
-
Melakukan kerja lapangan
untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk
penelitian.
-
Membuat tabulasi
serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.
-
Memberikan
interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah
yang ingin dipecahkan.
-
Mengadakan
generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin
diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari
penelitian.
-
Membuat laporan
penelitian dengan cara ilmiah.
Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang
kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang
kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverivikasikan.
Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisis dapat
dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika. Dalam laporan ini kerangka
analisis dijabarkan dengan model matematika atau dengan perhitungan rumus.
3.2 Populasi / Objek Sasaran
Objek sasaran dari laporan ini adalah anak usia Sekolah
Menengah Atas, Guru Sekolah
Menengah Atas, dan Gedung Sekolah
Menengah Atas. Anak usia Sekolah Dasar
ialah anak yang berusia 16-18 tahun, data populasi diperoleh dari data sensus
penduduk kabupaten Jombang tahun 2000 yang telah diolah. Sama halnya dengan
proyeki dari ketiga objek sasaran dari laporan ini diperoleh dengan mengolah
data dari sensus penduduk. Dari data – data yang ada diolah dan dianalisis
hingga mendapatkan proyeksi anak usia Sekolah Menengah Atas, proyeksi kebutuhan Guru dan Proyeksi kebutuhan gedung Sekolah
Menengah Atas hingga tahun 2030.
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data diambil dari berbagai data yang telah
ada dan kemudian di olah. Untuk makalah ini data yang digunakan ialah data
sensus penduduk tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik dan data
– data pendukung yang diambil dari Dinas Pendidikan Nasional kabupaten Jombang
dan Departemen Agama kabupaten Jombang.
3.3.1 Evaluasi Data
Evaluasi data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengetahui berapa besar kesalahan akibat adanya galat. Galat atau kesalahan
pencacahan (coverage errors) timbul karena beberapa orang luput dari sensus
tanpa dapat dihindari, misalnya gelandangan, sedang berpergian, atau over look
out oleh pencacah/pewawancara. Galat juga dapat terjadi akibat kegagalan dalam
melaporkan atau mencacat umur dari penduduk yang dihitung dalam sensus atau
karena umur yang dilaporkan salah. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa
besar kesalahan tersebut perlu diadakan evlauasi terhadap distribusi umur
sebelum digunakan dalm perhitungan untuk dasar suatu kebijaksanaan. Untuk
mengadakan evaluasi terhadap umur, serta perapiaanya, sebelum data digunakan
dalam perhitungan proyeksi penduduk atau ukuran demografi yang lain ad beberapa
metode evaluasi yaitu:
a. Index
gabungan (Joint Score Index)
b. Mayers
Index
c. Grafik
Piramida penduduk
d. Survey
Antar Sensus
e. Distribusi
Frekuensi
Untuk melakukan perhitungan indeks gabungan maka terlebih
dahulu perlu dilakukan perhitungan:
1. Ratio
Sex (RS)
2.
Ratio
umur penduduk laki-laki maupun perempuan (RUL/RUP)
3. Index
Ratio Sex (IRS)
4.
Index
Ratio umur penduduk laki-laki maupun perempuan
5. Indeks
Gabungan
Joint
Score Index (Indeks Gabungan
Salah
satu metode yang digunakan dalam evaluasi data yaitu Joint Score Index (Indeks
Gabungan). Cara ini dilakukan agar perbedaan Ratio Sex, antara rasio umur
penduduk laki – laki dan perempuan tidak begitu besar sehingga diharapkan
jumlah penduduk pada umur tertentu tidak akan besar perbedaannya dengan jumlah
penduduk pada umur berdekatan sehingga perbedaan ratio umur penduduk laki –
laki maupun perempuan pada tiap – tiap golongan umur adalah kecil.
Data yang diperlukan dalam perhitungan
Joint Score Indeks adalah distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
dengan interval umur 5 tahun. Sedangkan tahap perhitungannya adalah sebagai
berikut, menghitung Ratio Sex (RS), menghitung Ratio Umur Penduduk Laki-Laki
maupun Perempuan (RUL/RUP), menghitung Indeks Ratio Sex (IRS), menghitung
Indeks Ratio Umur Penduduk Laki-Laki maupun Perempuan, menghitung Indeks
Gabungan. Metode perhitungan yang dipakai adalah dengan menggunakan mitode
kolom yaitu, kolom (1) merupakan distribusi umur dengan interval 5 tahun, kolom
(2) jumlah penduduk laki-laki, kolom (3) jumlah penduduk perempuan, kolom (4)
adalah resiko sex antara penduduk laki-laki dengan perempuan, kolom (5)
merupakan selisih rasio sex dari umur yang berdekatan, kolom (6) adalah rasio
umur penduduk laki-laki dengan umur yang berdekatan, kolom (7) merupakan
selisih rasio umur dengan bilangan konstanta K yaitu 100, untuk penduduk
laki-laki, kolom (8) adalah rasio umur penduduk perempuan dengan umur yang
berdekatan, kolom (9) merupakan selisih rasio umur dengan bilangan konstanta K
yaitu 100, untuk penduduk perempuan.
Kabupaten
Jombang
daerah perkotaan dan pedesaan memiliki Joint Score Index (JSI)34.65. Ukuran
JSI untuk Kab. Jombang
daerah perkotaan dan pedesaan tersebut termasuk jelek bagi perencaan
pembangunan daerah setempat.
·
Mayers Index
Setelah dihitung besarnya nilai index
Gabungan perlu juga diketahui apakah ada semacam ruangan bahwa penduduk lebih
cenderung memilih angka-angka akhir tertentu di dalam memberikan jawaban
mengenai umur. Angka-angka akhir yang mana disenangui oleh penduduk seperti
halnya umur untuk akhir : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Untuk mengetahui pola
kecenderungan angka akhir yang disenangi dapat dihitung dengan Index
Mayers’(The Methods and matherials of Demography, 1973 : 26-208) yaitu suatu
angka dapat memperlihatkan besarnya kesalahan dalam pelaporan serta pencatatan
umur penduduk.
·
Grafik Piramida Penduduk
Pembuatan grafik piramida penduduk
dengan interval satu tahun akan memudahkan untuk mengetahui perbedaan jumlah
penduduk pada umur dengan angka-angka akhir tertentu.
·
Survey Antar Sensus
Metode Survey antar sensus sangat baik
untuk melihat perbandingan jumlah penduduk dalam jangka waktu dua sensus yang
pada umumnya dilakukan tiap 10 tahun sekali untuk Indonesia.
· Distribusi
Frekuensi
Distribusi frekuensi dipergunakan untuk
menggambarkan profil penduduk menurut karakteristik tertentu,misalnya: umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan kewarganegaraan
3.4 Level of Mortality
Level of Mortality adalah suatu
cara yang digunakan untuk menghitung data-data demografi, misalnya, data untuk
perapian penduduk, proyeksi penduduk. Ada 2 metode yang digunakan dalam perhitungan Level of Mortality, yaitu
metode Brass dan metode Sullivan.
a. Metode
Brass
Metode
ini memerlukan data jumlah penduduk wanita pada usia produktif, jumlah
anak yang dilahirkan hidup dalam pengolongan umur, jumlah anak yang masih hidup
dalam pengolongan umur. Cara perhitungan metode Brass adalah, menghitung
rata-rata jumlah anak lahir hidup (ALH) serta anak masih hidup (AMH) pada tiap
golongan umur, menghitung proporsi wanita yang pernah kawin tiap golongan umur,
menghitung proporsi rata-rata anak meninggal
menghitung
besarnya nilai faktor pengali yaitu
P1/P2
jika P1/P2 dapat diketahui tinggal menghitung
faktor pengali dimana harganya sering tidak tepat sehingga memerlukan
interpolasi, merapikan proporsi anak yang meninggal dengan faktor pengali,
tiap-tiap kelompok tersebut dihitung anak yang masih hidup, menghitung besarnya
Level of Mortality dengan cara interpolasi. Metode ini memiliki beberapa
kelemhan yaitu hasil perhitungan yang diperoleh kadang tidak akurat, sehingga
sering terjadi kesalahan pada perhitungan tahap yang selanjutnya.
b. Metode
Sullivan
q/D = A+B (P2/P3)
x = I0 (1-q).
Dari Perhitungan Level of Mortality Kab. Jombang daerah perkotan dan pedesaan diperoleh level 22.
Data ini yang akan digunakan untuk perhitungan selanjutnya.
3.5 Perapian Data (Smoothing
Data)
Setelah data dievaluasi, maka dapat diketahui seberapa
besar kesalahannya, walaupun belum dapat diketahui secara pasti letak
kesalahannya. Perapian data perlu dilakukan untuk mengurangi bahkan kalau
mungkin untuk menghilangkan dari kesalahan – kesalahan sebelum data digunakan
dalam perhitungan ukuran – ukuran Demografi. Terdapat dua metode dalam perapian
data, yaitu:
Pertama, Metode Graduasi. Metode ini digunakan
untuk merapikan data distribusi umur dengan interval lima tahunan dengan
memperhatikan mortalitas daerah bersangkutan. Pada prinsipnya,
di dalam perapian penduduk dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.
Perapian penduduk golongan umur 15 – 19
tahun sampai 65 – 69 tahun. Untuk
perapian penduduk kelompok ini cara perhitungannya baik laki – laki
maupun perempuan menggunakan smothing of recorder age distribution.
b.
Perapian penduduk golongan umur 0 – 4, 5
– 9 dan 10 – 14 tahun. Untuk ini kita mencari jumlah kelahiran bayi perempuan
yaitu dengan mengalikan tingkat fertilitas dengan penduduk perempuan yang
ditimbang, kemudian dengan memperhatikan tingkat mortalitas, akan diketahui
jumlah penduduk perempuan setelah perapian. Untuk penduduk laki – laki,
digunakan rumus:
Rumus = Lx
(M) x 1,05 x Jumlah perempuan tahun tersebut
Lx
(F)
c.
Perapian penduduk umur 70 – 74 dan 75+.
Untuk ini terlebih dahulu mencari CGR
(R), kemudian R dipakai sebagai dasar pencarian prosentase penduduk
golongan ini terhadap jumlah penduduk keseluruhan.
Perapian pertama ini
kemudian hasilnya dirapikan kembali kedua kalinya, atau dikenal dengan istilah
perapian kedua. Pada perapian kedua, jumlah penduduk hasil perapian II harus
sama dengan jumlah penduduk sebelum dirapikan.
1/16 (-W-2+4W-1+10W0+4W1-W2)
|
Menghitung
proyeksi penduduk (Level of Mortality) dengan penduduk perempuan ditimbang,
menghitung tingkat fertilitas (Level of fertility) dengan penduduk perempuan
ditimbang, menghitung fertilitas dengan survival ratio diman hasil dari
perhitungan tersebut digunakan untuk merapikan data golongan umur 0-4, 5-9, dan
10-14 untuk penduduk perempuan dan laki-laki,merapikan data komposisi penduduk
golongan umur 70-74 tahun dan 75 tahun + dengan metode penduduk stabil.
Kedua, Metode Graduate Reorientation. Digunakan untuk
merpikan data dengan memecah golongan umur tertentu kemudian dikelompokkan
kembali seperti pada semula,tanpa memperhatikan tingkat mortalitas seperti pada
metode sebelumnya. Dalam metode ini kelompok umur yang berakhir dengan angka 0
dan 5 diletakkan ditengah-tengah masing-masimg kelompok sesuai dengan pola
kecenderungan angak akhir yang memilih kelompok umur.
Proyeksi Penduduk
Setelah data dirapikan sehingga dapat mengurangi atau
meniadakan kesalahan yang ada, maka data tersebut dapat digunakan untuk berbagai
analisis demografi yang salah satu diantaranya adalah proyeksi penduduk. Tahun
dasar yang digunakan adalah tahun 2000 yang diproyeksikan dengan interval waktu
5 tahun yaitu 2000 – 2005 – 2010 – 2015 – 2020 – 2025 – 2030.
Proyeksi penduduk yang digunakan hanya menggunakan metode
komponen, metode ini hanya melibatkan satu komponen demografi saja yaitu
fertilitas. Asumsi fertilitas yang digunakan diantaranya:
1. Diasumsikan
bahwa TFR pada tahun 2030 turun 50% dari sebelum program KB dilaksanakan di
Indonesia.
2. Diasumsikan
bahwa penurunan fertilitas lebih lambat, hanya sekitar separuh dari asumsi yang
pertama yakni 25% dari sebelum program KB dilaksanakan di Indonesia
sampai dengan 2030.
3. Diasumsikan
bahwa fertilitas tidak mengalami penurunan meskipun KB dilaksanakan atau tidak
ada program KB.
Proyeksi penduduk yang didasarkan
pada asumsi fertilitas pertama disebut proyeksi penduduk varian rendah, yang
didasarkan pada asumsi fertilitas kedua disebut proyeksi penduduk varian
tinggi, sedangkan yang didasarkan pada asumsi ketiga disebut varian sangat
tinggi. Di dalam proyeksi penduduk terdapat banyak langkah yang harus ditempuh,
antara lain:
1. Mencari tingkat kelahiran bayi wanita menurut umur.
2. Mencari tingkat kelahiran menurut umur (ASBR) dengan
anggapan sex ratio pada saat kelahiran 1,05.
3. Memproyeksikan ASBR mulai tahun 2000 – 2030 dengan asumsi
ASBR turun 50%, 25%, dan tetap.
4. Memproyeksikan penduduk umur 0-4 s/d 75+ dengan metode
reserve survival ratio laki-laki dan perempuan mulai tahun 2000 – 2030.
5. Menghitung estimasi jumlah kelahiran laki-laki dan
perempuan dari tahun 2000 s/d 2030 yang terlebih dahulu menghitung penduduk
wanita usia subur (15 – 49) tahun antar periode 2000 – 2005, 2005 – 2010, 2010
– 2015, 2015 – 2020, 2020 – 2025, dan 2025 – 2030.
6. Memproyeksikan penduduk yang berusia 0 tahun dari tahun
2000 s/d tahun 2025.
7.
Analisis hasil proyeksi penduduk.
BAB IV
KONDISI GEOGRAFIS KABUPATEN JOMBANG
4.1 Letak Luas dan Batas Kabupaten Jombang
Wilayah
kabupten Jombang mempunyai letak geografis antara 5.200 –5.300
Bujur Timur dan antara 7.20’ dan 7.45’ lintang selatan dengan luas wilayah
115.950 Ha atau 2,4% luas Propinsi Jawa Timur. Luas wilayah kabupaten 115.950
Ha atau 1.195,5 Km2. Terletak membentang antara 7.20’ dan 7.45’.
Lintang Selatan 5.200 – 5.300 Bujur Timur. Kabupaten
Jombang berbatasan langsung dengan sebelah utara Kabupaten Lamongan, sebelah selatan Kabupaten
Kediri, sebelah timur Kabupaten Mojokerto, sebelah barat Kabupaten Nganjuk.
Administrasi Pemerintahan terdiri dari 21 Kecamatan dan 301 desa, 5 kelurahan.
Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Kabuh (13.233 Ha) dan yang terkecil
Kecamatan Ngusikan (34,90 Ha).
4.2 Keadaan Penduduk Kabupaten Jombang
Jumlah penduduk Kabupaten Jombang pada tahun 2004 adalah 1.160.434 jiwa
terdiri dari 572.874 Laki-laki dan 578.560 Perempuan, dengan perincian jumlah
penduduk WNI sebesar 1.160.405 jiwa yang terdiri dari 572.866 laki-laki dan
587.539 perempuan, sedangkan jumlah penduduk WNA sebesar 29 jiwa yang terdiri
dari 8 laki-laki dan 21 perempuan. Pada tahun 2005 adalah 1.163.420 jiwa
terdiri dari 574.221 Laki-laki dan 589.199 Perempuan, dengan perincian jumlah
penduduk WNI sebesar 1.163.396 jiwa yang terdiri dari 574.216 laki-laki dan
589.180 perempuan, sedangkan jumlah penduduk WNA sebesar 24 jiwa yang terdiri
dari 5 laki-laki dan 19 perempuan. Pada tahun 2006 adalah 1.168.097 jiwa
terdiri dari 577.094 Laki-laki dan 591.003 Perempuan, dengan perincian jumlah
penduduk WNI sebesar 1.168.074 jiwa yang terdiri dari 577.088 laki-laki dan
590.986 perempuan, sedangkan jumlah penduduk WNA sebesar 23 jiwa yang terdiri
dari 6 laki-laki dan 17 perempuan. Pada tahun 2007 adalah 1.174.059 jiwa terdiri dari 581.544 Laki-laki dan 592.512
Perempuan. Pada tahun 2008
adalah 1.343.379 jiwa terdiri dari 673.262 Laki-laki dan 670.117 Perempuan. Pada tahun 2009 adalah 1.348.199 jiwa
terdiri dari 675.584 Laki-laki dan 672.615 Perempuan, dengan perincian jumlah
penduduk WNI sebesar 1.348.178 jiwa yang terdiri dari 675.578 laki-laki dan
672.600 perempuan, sedangkan jumlah WNA sebesar 21 jiwa yang terdiri dari 6
laki-laki dan 15 perempuan. Pada tahun 2010 adalah 1.201.557 jiwa terdiri dari
597.219 Laki-laki dan 604.338 Perempuan ( Menurut Hasil Sensus 2010 BPS ).Penduduk
terbesar terdapat di kecamatan Jombang (148.494 jiwa), sedangkan terkecil di
Kecamatan Ngusikan ( 22.958 jiwa) pada tahun 2009 Pertumbuhan penduduk tahun
2007 s/d 2009 meningkat rata-rata 11,01 % pertahun.
BAB V
PERENCANAAN PENDIDIKAN
5.1 Langkah – Langkah Perencanaan
Dalam perencanaan yang bersumber dari data, seluruh
data statistik penduduk merupakan obyek galat (error), baik data tersebut
diperoleh melalui registrasi ataupun dikumpulkan melalui sensus ataupun survei.
Galat tersebut dapat berupa besar atau kecil, tergantung dari jenis data yang
dikumpulkan, efisiensi dari sistem pengumpulan, kondisi geografis dan
kebudayaan dari daerah yang bersangkutan. Dari seluruh jenis informasi yang
dikumpulkan dalam sensus, seperti tanggal, bualan, dan tahun serta tempat
dilahirkan, pada umumnya yang terakhir ini dapat dijawab dengan baik, sedangkan
mengenai yang lainnya yaitu umur sangat sukar untuk mendapatkan yang mendekati
kebenaran atau dengan kata lain kemungkinan akurasi dari data umur adalah yang
tidak mempunyai dokumen tertentu mengenai umur perlu dicek dengan
peristiwa-pweristiwa tertentu yang sekiranya dapat diketahui untuk daerah yang
bersangkutan. Hal ini biasanya terjadi di negara-negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia.
Galat di dalam laporan atau kesalahan pencacahan
timbul karena beberapa orang luput dari sensus tanpa dapat dihindari, misalnya
gelandangan, sedang bepergian, atau semata –mata over looked oleh petugas / pewawancara. Atau dapat juga kesalahan
pelaporan penduduk berhuubungan secara sistematis dengan karakteristik yang
lain. Misalnya, laki- laki dewasa biasanya sangat mobile. Oleh karena itu sulit
untuk dilokasikan sehingga menyebabkan
terjadinya under reporing enumeration,
tetapi biasanya akan diimbangi oleh adanya perhitungan lebih dari satu kali.
Galat dapat juga terjadi karena kegagalan dalam
melaporkan atau mencatat dari umur penduduk yang dihitung dalam sensus, atau
karena umur yang dilaporkan salah. Jika umur tidak diketahui maka ada
kemungkinan umur tersebut merupakan hasil pemikiran responden atau pencacah
atau diisi di kantor sensus berdasarkan ciri-ciri lain orang yang bersangkutan.
Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar kesalahan tersebut perlu
diadakan evaluasi terhadap distribusi umur sebelum dilakukan perhitungan atau
pengolahan data.
Hal pertama yang dilakukan dalam prencanaan data ialah
evaluasi data, dalam makalah ini digunakan metode Indeks gabungan ( Joint Score
Index) yaitu perbandingan antara rasio sex dan rasio umur penduduk laki-laki
maupun perempuan. Untuk menghitung Joint score Index harus menghitung IRS
(Index Rasio Sex), IRUL (Indeks Rasio Umur Laki-laki), IRUP (Indeks Rasio Umur
Perempuan). Semakin besar hasil dari
Joint score index tersebut maka data tersebut semakin banyak kesalahannya.
Setelah evaluasi data telah dilakukan, dapat dilakukan
perhitungan mengenai level mortality. Level mortality merupakan dasar yang
digunakan dalam menghitung dasar dan menganalisa data-data demogarfi misalnya
untuk perapian penduduk, proyeksi penduduk dan seterusnya. Dalam perhitungan
level mortality data penduduk Jombang perkotaan dan pedesaan ini menggunakan
metode Brass dan metode sullivan. Semakin tinggi nilai dari level mortality
maka taraf kehidupan pada daerah tersebut semakin lebih baik.
Dari evaluasi data dapat diketahui seberapa besar
kesalahannya, meskipun masih sukar untuk mengetahui secara pasti dimana letak
kesalahan tersebut serta faktor penyebabnya. Sebelum data digunakan untuk
perhitungan demogarfi seperti proyeksi penduduk perlu diadakan perapian
penduduk untuk mengurangi kalau mungkin menghilangkan dari kesalahan tersebut.
Di dalam perapian penduduk data terdapat berbagai metode. Untuk laporan ini
digunakan metode graduasi denagn data dasar yang dibutuhkan adalah distribusi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin dengan interval 5 tahun dan data
tersebut ada pada data sensus penduduk. Hasil adari perapian data dengan metode
ini merupakan perapian yang pertama, yang kemudian hasilnya nanti akan
dirapiakn kembali untuk kedua kalinya, agar dipeoleh jumlah penduduk yang sama
antara jumlah penduduk sebelum dirapikan dan setelah dirapikan.
Sebelum merapikan data untuk kedua kalinya diperlukan
perhitungan-perhitungan lain seperti perhitungsn proyeksi penduduk ke belakang
dengan metode Reverse Survuval Ratio, perhitungan level of fertility,
perhitungan fertilitas. Dari perhitungan level of fertility dan fertilitas
dapat diketahui perapian penduduk untuk kelompok usia 0-4, 5-9, dan 10-14.
Selanjutnya perhitungan untuk perapian data penduduk kelompok usia 70-74, dan
75+. Setelah tahap perapian data
penduduk yang pertama kali sudah lengkap maka dapat dilakukan perapian data
penduduk untuk kedua kalinya agar jumlah penduduk sebelum dan setelah dirapikan
seimbang. Setelah perapian penduduk kedua selesai, maka perhitungan dilanjutkan
pada perhitungan proyeksi penduduk dan perhitungan ASFR dengan asumsi kelahiran
turun 50%, 25% dan tetap.
Setelah semua data diolah, maka dapat dilakukan untuk
perhitungan pemecahan penduduk untuk memperoleh jumlah penduduk anak usia
Sekolah Dasar. Dari data tersebut akan diperoleh proyeksi untuk jumlah anak
usia Sekolah Dasar, kebutuhan guru dan gedung sekolah Dasar.
BAB VI
PERENCANAAN
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
6.1 Jumlah Anak Usia SMA
Tahun 2000-2030
Dari hasil pemecahan umur penduduk dari
tahun 2000 sampai tahun 2030 usia 16-18 tahun dapat diketahui berapa jumlah
anak usia SMA. Di bawah ini adalah jumlah anak usia SD tahun 2000 – 2030 di Kabupaten
Jombang dari berbagai tingkat asumsi.
Anak
Usia SMA Tahun 2000-2030
MENGHITUNG PERTAMBAHAN ANAK USIA SEKOLAH
|
||||||
Tahun
|
Jumlah Penduduk
|
|||||
|
50%
|
r
|
25%
|
r
|
0%
|
r
|
2000
|
30315
|
|
30315
|
|
30315
|
|
|
|
0,00349
|
|
0,00349
|
|
0,00349
|
2010
|
31391
|
|
31391
|
|
31391
|
|
|
|
0,22703
|
|
0,22245
|
|
0,22254
|
2020
|
303933
|
|
290330
|
|
290593
|
|
|
|
-0,0072
|
|
-0,0075
|
|
-0,0022
|
2030
|
282865
|
|
269432
|
|
284226
|
|
6.2 Jumlah
Kebutuhan Guru SMA Tahun 2000-2030
Jumlah ideal tiap satu gedung sekolah memiliki 810 siswa
dengan kelas berisi 45 siswa. Siswa sebnyak 810 orang membutuhkan tenaga guru
sebanyak 81 orang dengan rincian 9 Guru Agama, Guru Kesenian, Guru Olahraga,
Guru Bahasa Inggris, Guru Kimia, Guru Fisika, Guru Biologi, Guru Geografi dan
Guru Sejarah. Dari data jumlah sisiwa tiap lima tahun dapat dicari kebutuhan
guru dalam lima tahun. Untuk mencari kebutuhan guru digunakan rumus:
Rumus tersebut berlaku dengan asumsi bahwa
setiap satu sekolah SMA mempunyai 6 kelas paralel, yang berarti 6x3 angkatan=
18 kelas, dimana tiap kelas berisi 45 siswa. Jadi jumlah siswa dalam satu
sekolah sebanyak 810 orang. Sedangkan kebutuhan tenaga pendidik sebanyak 81,
dengan rincian sebagai berikut:
Data guru:
1. Guru
Agama = 7
2. Guru
Kesenian = 8
3. Guru
Olahraga = 5
4. Guru
Bahasa Inggris = 5
5. Guru
Kimia = 6
6. Guru
Fisika = 8
7. Guru
Biologi = 7
8. Guru
Geografi = 5
9. Guru
Sejarah = 7
10. Guru
Ekonomi = 7
11. Guru
BK = 6
12. Guru
PPKn = 4
13. Guru
Bahasa Indonesia = 6
14. Guru
Sosiologi = 5
Kebutuhan
guru SMA
tahun 2000-2030
Tahun
|
TETAP
|
|||
∑AUS
|
DT
|
Guru Tambahan
|
∑ kebutuhan Guru
|
|
2000
|
30315
|
810
|
6
|
43
|
2010
|
31391
|
810
|
6
|
45
|
2020
|
303933
|
810
|
6
|
365
|
2030
|
282865
|
810
|
6
|
357
|
6.3 Jumlah
Kebutuhan Gedung SMA Tahun 2000-2030
Gedung
sekolah merupakan sarana terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan, dimana
gedung merupakan tempat pendidikan tersebut berlangsung. Gedung sekolah yang
memadai merupakan harapan dan kemajuan bagi dunia pendidikan. Dalam perencanaan
pengembangan pendidikan, pengadaan gedung dan renovasi menjadi penting guna
meningkatkan kulitas pendidikan. Kebutuhan untuk gedung sekolah perlu mendapat
perhatian dimana semakin tahun jumlah penduduk di tiap kabupaten semakin
bertambah dan ini akan menambah jumlah anak usia sekolah. Sehingga perlu
dihitung seberapa besar kebutuhan gedung sekolah yang mengacu berdasarkan
jumlah anak usia sekolah pada perhitungan sebelumnya.
Kebutuhan
gedung sekolah dicari dengan rumus:
Kebutuhan Gedung SMA
Tahun
|
50%
|
25%
|
TETAP
|
||||||
∑AUS
|
DT
|
∑
Kebutuhan Gedung
|
∑AUS
|
DT
|
∑ Kebutuhan Gedung
|
∑AUS
|
DT
|
∑ Kebutuhan Gedung
|
|
2000
|
30315
|
810
|
37
|
30315
|
810
|
37
|
30315
|
810
|
37
|
2010
|
31391
|
810
|
39
|
31391
|
810
|
39
|
31391
|
810
|
39
|
2020
|
303933
|
810
|
375
|
303933
|
810
|
358
|
303933
|
810
|
359
|
2030
|
282865
|
810
|
349
|
282865
|
810
|
333
|
282865
|
810
|
351
|
BAB
VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Penduduk
akan selalu mengalami perubahan. Pertumbuhan penduduk semakin lama juga akan
membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan.
Pertumbuhan penduduk akan membutuhkan peningkatan baik secara kuantitas maupun
kualitas sarana dan prasarana yang memadai. Peningkatan kualitas tersebut harus
melalui perencanaan yang tepat agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan
sarana pendidikan. Peningkatan sarana dan prasarana tersebut meliputi pemenuhan
kebutuhan gedung dan pemenuhan kebutuhan guru. Perencanaan pendidikan
diperlukan data mengenai proyeksi kebutuhan gedung dan guru yang mengacu dari
data proyeksi anak usia Sekolah dasar.
Data di lapangan menunjukkan bahwa
Jumlah murid Sekolah Menengah Atas menurut jenis sekolah dan kecamatan
menunjukkan bahwa jumlah murid Sekolah Menengah Atas yang ada di kabupaten Jombang yaitu
94335 siswa pada tahun 2010-1011 ( Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Jombang). Sedangkan jumlah gedung Sekolah Menengah Atas yang tersedia
ialah 578 gedung Sekolah Dasar belum
termasuk gedung Madrasah Aliyah. Jumlah Guru Sekolah Menengah Atas yang mengajar di
Sekolah Menengah Atas
baik negeri maupun swasta adalah 7192 guru. Sampai pada tahun 2010 jumlah
gedung dan guru tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan, untuk selanjutnya
terjadi peningkatan kebutuhan beriringan dengan peningkatan penduduk. Pada
tahun 2010 dapat segera dilakukan perencanaan pendidikan tersebut.
7.2 Saran
Dalam melakukan
perencanaan pendidikan hendaknya mengacu pada data – data perhitungan yang
tepat dan menyesuaikan dengan kebutuhan dari sarana dan prasarana yang
dibutuhkan misalnya kebutuhan guru dan kebutuhan guru. Penyesuaian terhadap
kebutuhan tersebut agar peningkatan sarana dan prasarana tersebut tidak
mengalami kekurangan atau kelebihan, dengan harapan peningkatan pendidikan
dapat maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik. 2001.
Karakteristik Penduduk Kabupaten Jombang.
Trenggalek: BPS Kabupaten Jombang
Drs.
Budijanto, M. si. 2008. Analisis Demografi Teknik. Malang :
Departemen Pendidikan Nasional Geografi FMIPA Universitas Negeri Malang
Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT. Rineka
Cipta
(tanpa
nama). Pendidikan. (online) (http://id.wikipedia.org)
(tanpa nama). Plan/ind/kab-jombang. (online) (http://www.eastjava.com)
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (edisi keempat). Malang :
Universitas Negeri Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar