BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi adalah tempat
tinggal mahkluk hidup termasuk manusia. Tanah merupakan salah satu unsur yang
terdapat di bumi kita dan merupakan
unsur yang berguna bagi manusia. Sehingga tanah memang tida asing lagi bagi
manusia. Bahkan memang tanah merupakan tempat berpijaknya kaki kita, tempat
tumbuhnya tanaman atau tempat berdirinya suatu bangunan. Namun tanah kerap kali kurang dimengerti
sebagai bagian dari alam yang memberikan hakekat hidup bagi manusia. Nah berikut adalah pengertian tanah menurut
para ahli ahli tanah.
1.
Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang
mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang
membentuknya di alam.
2.
Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Pembentukan tanah
tidaklah terlepas dari pengaruh iklim. Karena iklim merupakan faktor yang
mempengaruhi kecepatan pembentukan tanah. Terdapat dua unsur iklim terpeting
yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu curah hujan dan suhu, yang
berpengaruh besar pada kecepatan proses kimia dan fisika, yaitu proses yang mempengaruhi perkembangan profil.
Suhu memainkan terhadap kecepatan reaksi yang terjadi dalam tanah. Pengaruh
dari curah hujan yang besar dan dan temperatur yang tinggi menghasilkan suatu
keadaan yang optimum dalam pembentukan tanah. Dikarenakan suhu dan curah hujan
tiap daerah lintang berbeda maka diperlukan pengklasifikasian sifat dan jenis
tanah akibat perbedaan iklim.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah faktor iklim yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah?
2.
Bagaimana persebaran dan klasifikasi tanah yang dibentuk oleh pengaruh iklim?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui faktor iklim yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah.
2.
Untuk mengetahui persebaran dan klasifikasi tanah yang dibentuk oleh iklim.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Iklim
Iklim merupakan rerata
curah hujan panjang, minimal per musim atau per periode dan seterusnya.
Sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu brjangkan pendek,
misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim atau periode.
Semua energi di alam
raya termasuk yang digunakan dalam proses genesis dan differensiasi tanah
bersumber dari enrgi panas matahari. Jumlah eneerrgi yang sampai ke permukaan
bumi tergantung pada kondisi cuaca, makin baik(cerah) cuaca makin banyak enrgi
yang sampai ke bumi, sebaliknya jika cuca buruk(berawan). Cuacalah yang
bertanggung jawab dalam mengubah energi matahari menjadi enrgi mekanik atau
panas. Apabila energi mekanik menimbulkan gerakan udara atau angin yang memicu
proses penguapan air melalui mekanisme
transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan non tanaman(gabungannya disebut
evapotranspirasi), maka energi panas
ditransformasikan oleh tetanaan menjadi energi kimiawi melalui mekanisme
fotosintesis yang kemudian digunakan oleh makhluk hidup untuk aktivitasnya
melalui mekanisme dekomposisi( humifikasi dan mineralisasi) bahan organik,
termasuk pencernaan usus manusia dan hewan.
Diantara komponen iklim
yang paling berperan adalha curah hujan(presipitasi) dan tempratur. Berdasarkan
nisbah antara P{Presipitasi (hujan+ salju + embun)}; Et(evapotraspirasi),
Walther Penck membagi tanah didunia menjadi dua wilayah, yaitu:
a.
Daerah humid( basah)apabila nisbah P: lebih besar 0,7 dan
b.
Daerah arid( kering) apabila bernisbah kurang dari 0,7
Lang membagi wilayah
bumi berdasarkan nisbah R{curah hujan rerata tahunan(mm)} : T {tempratur rerata
tahunan (0C)} menjadi 4 wilayah, yaitu:
a.
Daerah arid(kering) apabila nisbah R: T kurang dari 40, yaitu kawasan yang
berevapotranspirasi llebih besar ketimbang curah hujan, sehingga air tanah naik
ke permukaan. Tanah kawasan ini berciri khas adanya kerak-kerak garam di
permukaan.
b.
Daerah humid( lembab) apabila bernisbah antara 40- 160, yaitu kawasan yang
bercurah hujan lebih besar ketimbang evapotranspirasi, sehingga proses
mineralisasi lebih lambat ketimbang humifikasi.Oleh karena itu, humus makin
banyak terbentuk dengan makin banyaknya hujan dan proses humifikasi optimum
pada nisbah 120. Tanah-tanah di wilayah ini terbagi menjadi:
1)
Tanah-tanah kuning atau merah dengan nisbah 40-60
2)
Tanah-taanh coklat dengan nisbah 60-100 dan
3)
Tanah-tanah hitam dengan nisbah 100-600
c.
Daerah perhumid(sangat lembab), yaitu wilayah bernisbah leih besar dari 160
d.
Daerah Nival(basah), yaitu wialyah tanpa penguapaan sama sekali, seperti di
sebagian Eropa, Palestina dan Amerika Serikat.
Dua istilah yang sering
juga dipergunakan adalah daerah pegunngan dan tropika. Daerah pegunungan
menurut Meyer adalah dataran tinggi yang mempunyai nisbah N(jumlah hujan
setahun) : S(defisit kejenuhan=beda tekanan uap air maksimum pada tempratur
tertentu dan tekanan 76 cm Hg dengan kelembaban mutlak udara) untuk semua bulan
lebih dari 30 atau lembab sepanjang tahun. Daerah Tropika menurut Thornwhite
adalaah wilayah yang mempunyai indek E-T
lebih dari 128. Indeks E-T(Efisiensi Tempratur) adalah jumlah nisbah{tempratur
bulan (0F)-32} : 4 atahun selama setahun(cit. Darmawijaya, 1990)
B. Pengaruh insolasi matahari
Radiasi matahari
merupakan transfer energi dalam bentuk gelombang elektromagnit yang dipancarkan
oleh matahari.
Sedangkan insolasi
adalah bagian dari radiasi matahari yang sampai pada permukaan bumi.
Ini mrupakan dasar dari
segala energi eksogen yang mengubah aktivitas pada bumi, dari gelombang
panajang matahari yang di ubah menjadi gelombang pendek dari matahari yang
mengarah ke bumi
Pembagian iklim
matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari atau berdasarkan
letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi.
Kedudukan matahari
dalam setahun adalah :
·
Matahari beredar pada garis khatulistiwa
(garis lintang 0º) tanggal 21 Maret
·
Matahari beredar pada garis balik utara
(23,5º LU) tanggal 21 Juni
·
Matahari beredar pada garis khatulistiwa
(garis lintang 0º) tanggal 23 September
·
Matahari beredar pada garis balik
selatan (23,5º LS) tanggal 22 Desember
Pembagian daerah iklim
matahari berdasarkan letak lintang adalah sebagai berikut.
Ø Daerah iklim tropis
Iklim Tropis terletak
antara 0° - 23½° LU dan 0° - 23½° LS. Ciri – ciri iklim tropis adalah sebagai
berikut :
a.
Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu
udara antara 20° - 23° C. Bahkan dibeberapa tempat suhu tahunannya mencapai
30°C.
b.
Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1° - 5° C,
sedangkan amplitudo hariannya besar.
c.
Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
d.
Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia.
Ø Daerah iklim subtropis
Iklim subtropis
terletak antara 23½° - 40° LU dan 23½° - 40° LS. Daerah ini merupakan peralihan
antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri – ciri iklim subtropis adalah
sebagai berikut:
a.
Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari
daerah iklim tropis dan iklim sedang.
b.
Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musin
dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim dingin
tidak terlalu dingin.
c.
Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
d.
Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya
kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan
musim dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok.
Ø Daerah iklim sedang
Iklim sedang terletak
antara 40° - 66½° LU dan 40° - 66½° LS. Ciri – ciri iklim sedang adalah sebagai
berikut :
a.
Banyak terdapat gerakan – gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering
berubah – ubah, arah angin yang bertiup berubah – ubah tidak menentu, dan
sering terjadi badai secara tiba – tiba.
b.
Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil
dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
Ø Daerah iklim dingin
Iklim dingin terdapat
di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub.
Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.
Ciri – ciri iklim tundra adalah sebagai
berikut :
a.
Musim dingin berlangsung lama
b.
Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
c.
Udaranya kering.
d.
Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
e.
Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
f.
Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di
permukaan tanah.
g. Vegetasinya jenis
lumut-lumutan dan semak-semak.
Wilayahnya meliputi:
Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan
pantai utara Siberia.
Ø Daerah iklim es
Ciri – ciri iklim es adalah sebagai
berikut :
a.
Suhu terus-menerus rendah sekali
sehingga terdapat salju abadi.
Wilayahnya meliputi:
kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika di kutub selatan.
C. Pengaruh curah hujan
Sebagai pelarut dan
pengangkut, maka air hujan akan mempengaruhi: (1) komposisi kimiawi
mineral-mineral penyusun tanah. (2) kedalaman dan differensissasi profil tanah,
dan (3) sifat fisisk tanah. Pengaruh curah hujan terhada[a komposisi kimiawi
tertera pada tabel 1.1 dan 1.2
Tabel 1.1.
Prorporsi(%) komposisi kimiawi tanah daerah arid dan humid
Daeran
N Contoh
|
Bahan larut(%)
|
Komposisi senyawa kimiawi(%)
|
||||||
Total
|
SiO2
|
Al2O3
|
Fe203
|
CaO
|
MgO
|
K2O
|
Na2O
|
|
Arid(573)
|
30,84
|
6,71
|
7,21
|
5,47
|
1,43
|
1,27
|
0,67
|
0,35
|
Humid(696)
|
15,83
|
4,04
|
3,66
|
3,88
|
0,13
|
0,29
|
0,21
|
0,14
|
Tabel 1.2. Nilai pelindian tanah
pada 3 zona iklim
Daerah
|
N Profil tanah
|
Nilai Pelindian
|
Semiarid-semihumid
|
15
|
0,981 + 0,059
|
Semihumid
|
29
|
0,901 + 0,028
|
Humid(terpodzolisasi)
|
12
|
0,719 + 0,053
|
Adanya perubahan
perbedaan komposisi kimiawi sebagai konsekuensi berbedanya intensitas pelapukan
terlihat pada tabel 1.1, yaitu:
1).
Tanah daerah humid mempunyai bahan dan silikat larut, serta komponen senyawa
kimiawi utama yang selalu lebih rendah ketimbang tanah daerah arid, dan
2).
Nisbah besi-oksida: Al-oksida dan Mg-oksida : Ca-oksida pada tanah daerah humid
lebih dari satu, sedangkan pada tanah daerah arid kurang dari satu.
Kemudian dari tabel 1.2
juga terlihat pada urutan( maksimal-minimal) nilai-nilai pelindian(leaching
value) hasil penelitian Jenny terhadap tanah( Darmawijaya, 1990)
di Amerika Serikat, yaitu pada daerah:
·semiarid
dampai semi humid > semihumid > humid(terpodzolisasi)
·Nilai
pelindian adalh nilai nisbah Indeks Pelindian(IP) pada horizon tanah ; indeks
pelindian pada horizon bahan indu, dengan indeks pelindian(IP):
IP=(K2O + Na2O + CaO) :
(Al203)
Urutan nilai pelindian
ini merupakan indikator makin intensetif pengaruh curha hujan dalam melindi
senyawa-senyawa kimiawi yang diwakili oleh K2O, Na2O, CaO pada profil tanahnya
ketimbang bahan induknya, sehingga juga merupakan indikator:
1.
Makin rendah kadarnya dan ketersediaan hara, kejenuhan basa-basa( Ca, Mg, Na
dan K), reaksi tanah(pH) dan muatan negati f koloid liat, apabila tanah-tanah
tersebut berasal dari bahan induk yang sama, secara umum juga mencerminkan makin
rendahnya kesuburan tanah
2.
Makin banyaknya pembentukan liat oksida Al dan Fe yang bermuatan negatif rendah
bahkan dapat bermuatan positif sehingga berdaya- fiksiasi tinggi terhadap
anion-anion seperti fosfat, tetapi berdaya tukar rendah terhadap terhadap
kation-kation seperti K, ca dan Mg. Hal ini berdampak negatif terhadap
efisisensi pemupukan maupun ameliorasi(pembentukan sifat kimiawi tanah)
3.
Makin terdifferensiasinya horizon-horizon tanah baik secara kimawi maupun
fisik. Secara fisik, tanah-tanah akan mempunyai lapisan atas yang gembur dan
relatif tipis, tetapi secara keseluruhan akan bersolum tebal bersifat kimiawi
buruk dan bersifat fisis baik.
Curah hujan bekorelais
erat dengan pembentukan tanah biomaass(bahan organik) tanah, karena air merupakan komponene utama tetanaman maka
kurangnya curah hujan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangnnya. Oleh
karena itu, pada tanah-tanah daerah arid umumnya dicirikan oleh rendahnya kadar
BOT dan N, serta aktivitas mikrobia heterotrofik, (pengguna bionass sebagai
sumber energi dan nutrisi), sebaliknya pada tanah-taanh daerah humid, bahkan
pada kawasan-kawasan rawa-rawa akan terbentuk tanah gambut yang ketebalannya
dapat lebih dari dua meter akibat terhambatnya mineralisasi dala proses
dekomposisi biomass(humifikasi lebih dominan)
D. Pengaruh Tempratur
Perbeedaan tempratur
merupakan cerminan energi panas matahari yang sampai ke suatu wilayah, sehingga
berfungsi sebagai pemicu:
a.
Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah,
dengan mekanisme identik proses pelapukan bebatuan yang telah diuraikan diatas,
b.
Keanekaragaman hayati yang aktif, karena masing-masing kelompok terutama
mikrobia mempunyai tempratur optimum spesifik, sehingga perbedaan tempratur
akan menghasilkan jenis dan populasi mikrobia yang berbeda pula. Umunya makin
rendah atau tinggi tempratur dari titik optimalnya akn diikuti oleh jenis dan
populasi mikrobia yang makin sedikit.
c. Kesempuranan proses
dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.
Sebagai hasil dari
fungsi 2 dan 3 ini maka kadar-kadar
biomass tanah akan brvariasi. Tanah yang terbentuk pada tempratur rendah
(daerah kutub) akan cenderung berkdar biomass rendah lagi mentah(fibrik),
akibat tanaman yang tumbuhumunya berbatang kecil dan lambatnya berkembang dan
sedikitnya populasi dan jenis mikrobia heterotrof yang aktif. Tanah yang
terbentuk pada tempratur tinggi(daerah arid) juga berkadar biomass rendah tapi
matang(saprik) karena cepat proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa
tanaman.
Tanah yang terbentuk
pada daerah humid(sedang) akan mempunyai jenis dan populasi mikrobia yang
ideal, maka aktivitas biologis dalam dekomposisi biomass juga akan ideal.
Sumber biomassnya berlimpaha karena semua jenis tanaman akan tumbuh dan
berkembang dengan baik, sehingga kadar biomass tanah dan derajat kematangannya
juga akan sedang(hemik), karena laju proses humifikasi biomass seimbang dengan
laju proses mineralisasinya.
Humifikasi adalah
proses dekomposisi bahan organik tanah yang menghasilkan senyawa-senyawa
organik sederhana(seperti amina dari protein monosakarida dari karbhohidrat)
dan kumus sedangkan mineralisasi adalah proses dekomposisi senyawa-senyawa
organik sederhana menjadi senyawa-senyawa atau ion-ion anorganik(seperti
ammonium dan nitrat).
Aktifitas pembentukan
tanah (pelapukan) akibat aktifitas iklim
1.
Pelapukan
fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh
perubahan volume batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan
(berkurangnya tekanan, insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan
petir), atau karena interupsi kedalam pori-pori atau patahan batuan.
· Berkurangnya tekanan
Batuan beku yang
penutupnya hilang, menyebabkan volume berkurang sehingga lingkungannya
berubah, akibat selanjutnya tekanan pada batuan itu berubah. Oleh karena
tekanan berubah maka kemampuan memuai atau menyusut berbeda-beda pula pada
permukaan batuan, sehinga terjadilan retaka-retakan sejajar yang menyebabkan
pengelupasan batuan (ekfoliation)
· Insolasi
Batuan yang terkena
panas matahari akan memuai, tetapi tingkat pemuaian bagian luar dan bagian
dalam tidak sama. Ketidaksamaan tingkat pemuaian tersebut menyebabkan batuan
mengalami pecah.
· Hidrasi
Oleh karena proses
hidrasi menyebabkan air masuk ke dalam pori-pori atau bidang belah mineral.
Peristiwa ini didahului oleh pembentukan mineral baru. Masuknya air kedalam
pori-pori atau bidang belah mineral menyebabkan batuan menjadi lapuk.
· Akar tanaman
Akar tanaman yang masuk
ke dalam batuan menyebabkan batuan mengalami pelapukan fisik (pecah). Asam
organik yang dikeluarkan akan menyebabkan pelapukan kimiawi.
· Binatang
Binatang yang
menggali batuan lunak menyebabkan batuan mengalami pelapukan fisik pada
batuan tersebut.
· Hujan dan Petir
Percikan air hujan dan
petir menyebabkan batuan mengalami pelapukan fisik pada batuan tersebut.
· Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama
terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun
temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu
tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara
menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
- Interupsi ke dalam Pori-pori atau
celah batuan
1. Frost
weathering(forst wedging)
Di daerah iklim dingin air membeku menyebabkan
vulome bertambah ± 10 % dan tekanannya bertambah ± 1 ton / inchi. Proses ini
mnyebabkan batuan pecah karena mengalami beku celah (kryoturbasi).
2. Salt weathering
Di daerah iklim kering air menguap,
menyebabkan garam-garaman, misal NaCl, MgSO4, KCl mengendap didalam pori-pori
batuan tersebut meneka batuan hingga pecah.
2. Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan
yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa batuan. Air, oksigen dan gas
asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga membentuk mineral baru yang
menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas pelapukan kimiawi :
a.
Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah
bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga yang sulit. Bagi
mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang akan cepat
lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam arang.
b.
Iklim
Daerah yang mempunyai
iklim basah adan panas misalnya ilim hujan tropis akan mempercepat proses
reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
c.
Ukuran batuan
Makin kecil ukuran
batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti makin cepat
pelapukannya.
d.
Vegetasi dan binatang
Dalam hidupnya vegetai
dan binatang menghasilkan asam-asam tertentu, oksigen dan gas asam arang
sehingga mudah bereaksi dengan batuan. Artinya vegetasi dan binatang ikut
mempercepat proses pelapukan batuan.
Adapun jenis-jenis pelapukan kimiawi
adalah sebagai berikut:
1.
Hidrolisa
Yaitu pelapukan kimia
yang disebabkan oleh air yang bereaksi langsung dengan mineral penyusun batuan,
terjadi pengantian kation metal seperti K+, Na+, Ca++, Mg++, oleh ion H+. Bisa
juga disebut reaksi senyawa air dengan senyawa lain yang menyebabkan senyawa
bersangkutan terurai menjadi basa dan asam serta terlepas dari struktur
mineral. Contoh hidrolisa adalah seperti berikut:
4NaAlSiO3O8 + 6H2O --------->
Al4Si4O10(OH+8Si)2 + Na+
(albit) (air) +4OH à kaolinit
2.
Oksidasi
Yaitu pelapukan kimia
yang disebabkan reaksi oksigen terhadap mineral besi terhadap batuan terutama
jika batuan dalma keadaan basah. Pengaruh oksidasi tampak jelas pada batuan
yang mengandung besi. Perubahan warna akibat oksidasi dapat mudah diamati.
Salah satu reaksinya dapat digambarkan dalam persamaan berikut:
4FeO + 3H2O + O2 -------> 2FeO33H2O
Warna coklat pada batuan itu menunjukkan
hasil oksidasi batuan yang mengandung besi.
3.
Karbonisasi
Yaitu pelapukan yang
dusebabkab oleh CO2 dan air membentuk senyawa ion bikarbonat (HCO3) yang
aktif bereaksi dengan mineral-mineral yang mengandung kation-kation Fe, Ca,
Mg,Na dan K. Pada proses ini tejadi dekomposisi pada batuan atau perubahan
fisik. CO2 bekerja sebagai faktor pelapuk yang terpenting, air yang
mengandung asam arang mempunyai daya melapukkan yang kuat. Gas asam arang dalam
air itu diperoleh dari udara atau dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batuan yang paling
mudah lapuk oleh proses karbonasi adalah batu gamping,dekomposisi batuan
gamping adalah seperti berikut:
CaCO3 + H2O + CO2 ------->
Ca (HCO3)2
CaCO3 : calsite
CaCO2 : Cacium bicarbonate
Cacium bicarbonate itu
mudah larut dalam air, dengan demikian air yang mengandung CO2 lebih mudah
melarutkan Cacium bicarbonate (CaCO3) dari pada yang tidak mengandung CO2.
4.
Hidrasi
Hidarasi berarti
adsorpsi air, ardsorpsi air adalah penarikan air oleh sesuatu zat, tetapi tidak
terus masuk ke dalam zat tersebut, melainkan hanya di permukaan saja. Berbeda
dengan absorpsi dimana meresapkan zat yang tertangkap itu ke dalam seluruh zat
penangkap. Contoh:
2Fe2O3 + 3H2O ---------->
2Fe2O33H2O
(hematit) (air) (limonit)
Dengan demikian, volume
limonit>hematit, kristalin menjadi nonkristalin.
5.
Desilikasi
Yaitu pelapukan kimia
yang disebabkan oleh hilangnya silikat pada batuan terutama basaltis.
6.
Pelarutan atau
penghancuran (solution/dissolution)
Yaitu pelapukan kimia yang disebabkan
oleh mineral yang mengalami dekomposisi karena pelarutan oleh air. Contoh:
kuarsa mengalami pelarutan.
SiO2 + 2H2O --------> Si(OH)4
3. Pelapukan organik
yaitu pelapukan yang
disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut. Pengaruh yang disebabkan
oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat
mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat
merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang
dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini
merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga
berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun
penambangan.
4. Gerakan massa batuan (mass wasting)
yaitu perpindahan atau
gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh gaya berat
atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada
pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk
dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut
bekerja.
Pada batuan yang
mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang
kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit
dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu
memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga
pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya
gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
E. Persebaran Dan Klasifikasi Menurut
Peta Ordo Tanah Sifat, Pentebaran Dan
Penggunaan.
Sebagian besar penduduk
dunia menjalankan kehidupannya dengan mengelolah tanah. Tanah secara langsung
mempengaruhi kehidupan mereka setiap hari dalam menentukan bagaimana mereka
menumbuhkan tanaman mereka. Dengan mempengaruhi dengan jumlah dan jenis makanan
yang mereka makan, tanah mempengaruhi kesehatan mereka.
A. ENTISOL
Entisol
merupakan tanah yang cenderung menjadi. Merekan dicirikan Tanah yang berkembang
pada alluvium dari tanah asal yang baru dan mempunyai perkembangan profil
sangat lemah, umumnya adalah Fluvent. Pada beberapa dari mereka, perubahan
warna horizon A ke C sukar dilihat atau nyata. Mereka itu sebagian besar tanah
yang sifatnya sudah diturunkan dan biasanya dicirikan oleh stratifikasi.
Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengedapkan alluvium untuk alas an
ini, mereka cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus
di dekat tepi-tepi luar dari dataran bajir. Dilihat keadaan mineralnya mereka
dihubungkan dengan tanah yang menyediakan sumber alluvium.
Banjir secara periodik
membawa mineral segar ke tanah, dan mereka cenderung tetap subur. Tanah tetap
kelihatan muda, karena ditutupi sebelum kedewasaan dicapai.
Sebagian besar tanah di
dunia yang berkembang dari sedimen yang tidak dapat disatukan adalah entisol
bila mereka muda. Lereng yang curam (dimana erosi terjadi cepat), waktu yang
tidak cukup, perpindahan bahan (pada kasus bukit pasir) merupakan penyebab
utama untuk keberadaan mereka. Bukit pasir yang tidak stabil berkembang menjadi
entisol setelah vegetasi menjadi mantap. Entisol (psamments) merupakan tanah
dominan pada bukit pasir stabil di bukit pasir Nebraska.
Etisol yang berkembang
dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Pengaruh danau
yang cukup pada iklim membuatnya menguntungkan untuk menaikkan produksi
buah-buahan pada beberapa entisol di Michigan. Area yang ….. dari entisol
sering kali terdapat pada bagian curam lahan yang dikerjakan dan mereka
menggunakan secara afektiv bersamaan tananh di sekelilingnya yang mungkin lebih
tua dan termasuk bagian utama dari lahan. Mereka mempunyai kandungan bahan
organik yang rendah dan umumnya responsive terhadap pemupukan nitrogen.
Beberapa entisol
mempunyai horizon A yang bersandar langsung pada batuan induk yang keras. Dua
factor sangat penting yang memberi sumbangan terhadap perkembangan mereka
adalah kerasnya batuan dan curamnya lereng. Kecepatan disintegrasi batuan sedikit
lebih cepat daripada pemindahan bahan melalui erosi. Celah-celah di bawah
batuan, memungkinkan akar-akar lebih banyak masuk dalam horizon A. dimana
horizon A tebalnya 20 – 50 cm, lahan digunakan dengan menguntungkan untuk
penggembalaan.
Entisol AR (Orthents)
umumnya di daerah pegunungan dan memberikan bukti pada kenyataan bahwa tanah
yang dalam tidak menutup lahan dimana-mana sebelum pertanian dimulai beberapa
tanah yang dalam dan produktif salah satunya adalah entisol dan dalam
pengertian, tanah-tanah ini mungkin tidak tetap dalam perkembangan profilnya
yang dapat dibedakan dengan baik.
B. INCEPTISOL
Inceptisol
berasal dari bahasa latin “inceptum” yang berarti permulaan. Perkembangan
horizon genetic, baru dimulai dalam inceptisol tetapi mereka dianggap lebih tua
dari entisol. Keistimewaannya inceptisol mempunyai epipedon ochric dan horizon
sub permukaan cambic. Mereka dapat mempunyai horizon diagnostic lain, tetapi
memperlihatkan bukti kecil dari eluviasi kurang. Mereka kurang cukup
menggambarkan petunjuk yang ditempatkan pada setiap ordo tanah yang tetap.
Inceptisol
terjadi pada semua daerah iklim, dimana mereka mengalami banyak pencucian dalam
sebagian besar tahun. Dua area besar diperhatikan, termasuk tundra di Amerika
Utara dan Asia Eropa. Tanah tundra dicirikan dengan kandungan organic yang
tinggi. Vegetasi terdiri terutama dari vegetasi berlumut, campuran cendawan dan
lumut yang hidup bersama (lichens) dan jenis alang-alang yang tumbuh di bawah.
Tanaman-tanaman ini tumbuh sangat lambat tetapi rendahnya temperature tanah
mengahmbat perombakan bahan organic, berakibat pada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organic yang tinggi. Mereka selalu mempunyai permafrost agak
asam sampai sangat asam dan mempunyai mikro relief permukaan yang disebabkan
oleh pembekuan dan pencairan. Sebagian besar tanah tundra memperlihatkan bukti
kebasahan atau drainase yang miskin. Mereka adalah aquepts.
Incepcisol
tundra mengandung suatu populasi jarang dan pemburu-pemburu yang mengembara
yang hidup selalu di daerah-daerah dimana “caribou” dihasilkan. Dalam
tahun-tahun belakangan ini orang-orang Eskimo diberitakan mempunyai radio aktif
yang tinggi. Pengujian bom nuklir di arctic menghasilkan jatuhnya radio aktif
yang diabsorbsi oleh linchen. Caribou memakan linchen dan radio aktif
ditransfer ke manusia lewat daging. Orang-orang Eskimo di brooks range di
Alaska ditemukan mempunyai radio aktif 100 kali atau lebih dibandingkan dengan
orang-orang yang berada di daerah lintang yang lebih rendah.
Beberapa
tanah inceptisol merupakan tanah abu vulkanic andepts. Mereka menunjukkan satu
stadia pada perkembangan ultisol dan oxisol di daerah tropic basah. Mereka
mempunyai liat yang tak berbentuk dan selalu sangat asam. Beberapa digunakan
secara intensif untuk memproduksi tebu, kopi dan tanaman-tanaman lain.
Inceptisol
tersebar luas di seluruh dunia dan beberapa pembentuk pertanian dan padang
rumput yang baik. Data dari table memperhatikan bahwa inceptisol mengisi 15,8%
permukaan lahan dunia merupakan tingkat kedua dari ordo yang berlimpah.
Inceptisol basah atau equepts yang berada di lembah sungai yang besar di asia
merupakan tanah yang sangat ekstensif digunakan untuk memproduksi padi sawah.
C. ARIDISOL
Aridisol mempunyai regim kelembaban tanah aridic dan merupakan
tanah dominan rendah padang pasir, merupakan ordo tanah yang berlimpah
mendekati 20% tanah di dunia (lihat table). Belukar padang pasir mendominasi
sebagian besar daerah arid dimana belukar memberikan jalan tumbuhnya rumput
berkelompok dengan meningkatnya kelembaban. Tanaman berjarak cukup lebar antara
satu dengan yang lainnya dan bagaimanapun menggunakan kelembaban tanah agak
kurang efektif. Barang kali salah satu yang mengejutkan bagi seorang yang
seluruh hidupnya tinggal di daerah basah dan kemudian bepergian di padang pasir
adalah begitu besar diversifikasi.
Tanaman dan jumlah vegetasi yang perlu
diperkirakan. Beberapa tanaman padang pasir tumbuh dan berfungsi selama musim
yang lebih basah pada tahun tersebut dan menjadi dorman selama musim paling
kering. Pada daerah yang lebih basah, atau daerah tepi sebelah timur daerah
kering Amerika Serika bagian barat, rumput daerah padang pasir yang berkelompok
mendapat kesempatan menjadi lebih tinggi dan lebih banyak rumput yang sangat
vigorous : aridisol bergabung dengan molisol.
Tabel 10-4. Luas tanah di dunia
menurut ordonya
Ordo
tanah
|
Luas
dalam total ribuan atau di dunia mil persegi (%)
|
|
Tingkatan
(ranking)
|
Alfisol
|
7600
|
14,7
|
3
|
Aridisol
|
9900
|
19,2
|
1
|
Entisol
|
6500
|
12,5
|
4
|
Histosol
|
400
|
0,8
|
10
|
Inceptisol
|
8100
|
15,8
|
2
|
Mollisol
|
4600
|
9,0
|
6
|
Oxisol
|
4800
|
9,2
|
5
|
Spodosol
|
2800
|
5,4
|
8
|
Ultisol
|
4400
|
8,5
|
7
|
Vertisol
|
1100
|
2,1
|
9
|
Lapangan
es
|
-
|
|
|
Pegunungan
tak rata
|
1200
|
2,4
|
|
Pegunungan
tak terhitung
|
200
|
0,4
|
|
total
|
51600
|
100
|
|
ü PERKEMBANGAN
DAN SIFAT ARIDISOL
Di
daerah kering proses pembentukan tanah sama dengan yang terjadi di daerah
basah, tetapi laju perkembangan tanah daerah kering sangat lambat. Jumlah
tanaman yang tumbuh lebih sedikit dan kecilnya potensi perobakan bahan organic
menghasilkan tanah dengan kandungan bahan organic rendah. Angin memainkan peran
penting dalam perkembangan aridisol. Angin memindahkan debu, kadang-kadang
hujan mencuci unsure hara berlarut dari debu pada perjalanannya melintasi
padang pasir. Peranan nyata yang lebih penting dari angin adalah meniup partikel-partikel
tanah yang halus, berakibat dalam pembantukan satu konsentrasi kerikil atau
pembantukan padang pasir di kanan kirinya.
Air
kurang efektif dalam pencucian garam-garam berlarut dan memindahkan bahan
koloid di daerah arid, sebab rendahnya presipitasi. Factor lain adalah alam
yang tercerai berai karena curah hujan yang besar berakibat terjadinya aliran
permukaan. Gamabaran yang memperburuk sebagian besar aridisol adlah suatu zone
dengan jarak yang bervariasi dibawah permukaan dimana kalisium karbonat telah
ditimbun oleh air berkolasi (horizon klasik).
Beberapa
aridisol mempunyai horizon argillic (Bt). Yang berkembang dengan baik, yang
merupakan bukti perkiraan adanya pergerakan liat. Keberadaan horizon argillic
yang luas pada beberapa ardisol mengingatkan bahwa beberapa tahun yang lalu
lebih banyak terjadi iklim basah daripada yang terjadi pada waktu ini. “mohave”
adalah aridisol yang biasa dari bagian barat daya amerika serikat, beberapa
data Mohave ditampilkan dalam table untuk menggambarkan atau ciri yang bisa
ditemukan pada aridisol terdapat adanya horizon argillic, kandungan bahan
organic rendah dan ratio karbon, nitrogen dalam bahan organic rendah, adanya
natrium dapat ditukar yang nyata, nilai pH tinggi dan akumulasi kalsium
karbonat (K) di bagian lebih bawah pada profil.
Aridisol ditempatkan
dalm sub ordo berdasarkan ada atau tidaknya horizon argillic. Sub ordo orthid
termasuk oridisol yang tidak mempunyai horizon argillic. Sebaliknya sub ordo
arghid termasuk aridisol dengan horizon argillic. Seperti yang telah kita catat
Mohave mempunyai horizon argilik; jadi Mohave adalah argid. Distribusi Orthid
dan Argid pada umumnya di Amerika Serikat dapat dilihat pada gambar 10-2
ü HUBUNGAN
PERMUKAAN LAHAN DENGAN UMUR ARIDISOL
Dapat
dipercaya bahwa orthid merupakan aridisol yang lebih muda dan bahwa argid
merupakan aridisol lebih tua. Terdapat bukti bahwa orthid, di Amerika Serikat
berkembang sangat beasr dalam 25.000 tahun yang lau di iklim kering. Orthid
sebagian besar terdapat dimana alluvium belakangan ini telah ditimbun. Argid
biasanya pada permukaan lahan yang lebih tua di setiap landscape dimana
terdapat lebih banyak watu untuk pembentukan horizon argilik dan satu
kemungkinan yang besar dimana tanah telah dipengaruhi oleh lebih banyak iklim
basah lebih dari 25.000 tahun yang lalu. Pada sebagian besar sedimen ini atau
permukaan lahan belakangan ini entisol berlimpah.
ü TATA
GUNA LAHAN PADA ARIDISOL
Aridosol
di bagian barat Amerika serikt seluruhnya terjadi dalam suatu daerah yang
disebut “kisaran barat daerah beririgasi”. Seperti nama yang tercantum,
penggembalaan domba dan sapi, produksi tanaman dengan irigasi adalah dua cara
utama penggunaan lahan ini. Penggunaanlahan untuk penggembalaan berhubungan
erat dengan presipitasi, yang menentukan secara luas jumlah produksi makanan ternak. Beberapa area sangat kering
digunakan untuk penggembalaan, sedangkan
area lainnya sangat mendukung untuk dijadikan penggembalaan pada musim panasdi
padang-padang rumput di gunung. Sebanyak 35 hektar atau 75 are atau lebih area
kering diperlukan diperlukan setiap ekor sapi, jadi memperbesar usaha pertanian
merupakan suatu keharusan. Sebagian besar pemilik tempat pemeliharaan ternak
menyediakan tambahan hijauan makanan ternak dengan memproduksi beberapa tanaman
pada area kecil yang berlokasi baik untuk irigasi (lihat Gambar 10-6). Bahaya
utama dalam penggunaan lahan penggembalaan adalah penggembalaan berat yang
mengakibatkan penyerbuan spesies tanaman yang kurang layak dan meningkatkan
erosi tanah.
Hanya
sekitar satu atau dua persen lahan yang diirigasi, sebab produksi tanaman
dengan irigasi tergantung pada penyediaan air. Sebagian besar lahan beririgasi
terletak pada tanah-tanah aluvial atau Entisol, sepanjang arus air dan sungai
dimana tanah mendekati muka air dan air irigasi dapat didistribusikan ke tempat
lapang oleh gravitasi. Sebagai tambahan,sungai-sungai yang didekatinya
melayaninya sebagai satu sumber air dari aliran sungai dan membawa air irigasi
dari tempat penampungan persediaan air. Keadaan alkali Aridosol dapat
menyebabkan defisiensi beberapa unsur hara pada tanaman tertentu. Tanaman utama
termasuk tanaman alfalfa, kapas, buah jeruk, sayur-sayuran dan tanaman
biji-bijian. Di Arizona, produksi tanaman hanya dua persen dari lahan yang
memberikan 60 persen penerimaan total suatu usaha pertanian. Penggembalaan
sebaiknya menggunakan 80 persen lahan dan memberikan hanya 40 persen penerimaan
total usaha pertanian.
D. MOLLIASOL
Berbatasan dengan
beberapa deaerah padang pasir adalah area bercurah hujan tinggi yang mendukung
rumput yang menutupi tanah dengan sempurna dan menghasilkan bahan organik yang
berlimpah, yang dirombak dalam tanah. Curah hujan, bagaimanapun cukup dibatasi
untuk mencegah pencucian berlebihan dan kejenuhan basa tetap tinggi. Perombakan
bahan organik yang berlimpah dalam tanah yang ada kalsiumnya mengawali pembentukan epipedon mollik. Struktur tanah
dengan agregat yang baik menghasilkan tanah yang lembut dan tidak pejal atau
tidak keras bila kering. Semua mollik mempunyai epidon mollik.
Gambaran horison mollik
yaitu: (1) lembut bila kering, (2) berwarna gelap dan paling sedikit bahan
organiknya 1 persen (kecuali kapur sangat tinggi0, dan (3) kejenuhan basa 50 persen ataulebih (diukur pada pH 7). Sebagian
besar horison mollik tebalnya 18 sentimeter atau lebih. Suatu tanah dengan satu
epipedon mollik diperlihatkan pada gambar
10-8. Pada beberapa Mollisol terjadi perpindahan liat yang cukup untuk
memenuhi horison Bt atau horison argilik. Sebagai satu kelompok, Mollisol
merupakan kombinasi kesuburan tanah yang tinggi an curah hujan sedang samapi
cukup sehingga mungkin mereka termasuk sebagian besar tanah-tanah yang sangat
produktif di dunia.
ü Hubungan
geografis Mollisol
Secara geografis,
Mollisol dan Aridisolyang luas mengambil sebagian suatu ikatan yang umum.
Ilustrasi ditampilkan dalam Gambar 10-1 termasuk Great Plain di Amerika Utara
dataran di bagian selatan Amerika Selatan (Argentina), sebelah selatan Uni
Soviet dan bagian timur laut China. Mollisol yang lebih kering dari Great
Plain, dekat batas Aridisol-Mollisol, mempunyai regim kelembaban ustic yang
disebut Ustoll. Ustoll keistimewaannya mempunyai lapisan-lapisan akumulasi
kapur (K). Di Nebraska bagian timur, Ustoll berbatasan dengan Uddol. Mollisol
yang mempunyai regim kelembaban usdic.
Mollisol basah atau
Uddol tidak mempunyai lapisan-lapisan akumulasi kapur. Pada area ini
peningkatan presipitasi ari Aridisol ke Mollisol berakibat pada perubahan
bertahap pada ciri tanah seperti yang ditampilkan dalam Gambar 10-9. Dengan
meningkatnya presipitasi akan terjadi peningkatan bertahap ketebalan solum,
kandungan bahan organik, perkembangan horison Bt dan ketebalan lapisan K. Satu
profil tanah dekat batas Aridosol-Mollisol di Colorado ditampilkan dalam gambar
10-10 dan menggambarkan beberapa gambaran dominasi Mollisol.
Mollisol
di daerah Palouse Washington, Idaho dan Oregon berkembang dari loess (ditambah
beberapa abu vulkanik)dan sama dengan Udoll di Lowa dan Illinois. Tanah-tanah
bagian barat ini mempunyai iklim Mediterranean, sehingga mereka basah di musim
dingin dan kering di musim panas. Tanah-tanah mempunyai regim kelembaban tanah
xerik dan disebut Xeroll. Mollisol Great Plain adalah Boroll. Mollisol basah
adalah aquoll dan sangat penting pada dataran seperti es belakangan ini di
Midwest. Gambar 10-2 memperlihatkan distribusi area utama sub ordo Mollisol.
ü Tata
guna lahan pada Mollisol
Padang-padang rumput
utama di dunia tidak mempunyai pohon-pohon sebagai barang yang tidak berguna,
siap menyediakan air, dan daerah alami untuk melindunginya terhadap pendatang
liar. Sebagai satu akibat, area tersebut didiami terutama oleh pengembara sejak
kira-kira 150 tahun yang lalu. Kenyataannya, lahan perawan di Uni Soviet telah
dibuka untuk kegiatan pertanian pada
tahun 1954. Saat ini, area tersebut dicirikan oleh tanah yang sangat baik untuk
tanaman dan kepadatan penduduk rendah. Tataguna lahan penting dihubungkan
dengan penyediaan kelembaban dan temperatur.
Penggembalaan merupakan
suatu tataguna lahan utama Ustoll (lihat
gambar 10-11). Pertanian lahan kering dilaksanakan secara ekstensif untuk
memproduksi gandum. Irigasi digunakan, terutama sepanjang lembah sungai;
berbagai varietas tanaman beririgasi ditanam. Buah-buahan, sayur-sayuran dan
bit gula mengisi sebagian kecil daerah
dengan irigasi. Bila seseorang pergi ke timur melintasi Great plain Amerika
Seriakt, curah hujan meningkat; terjadi
penurunan penggembalaan dan meningkatkan produksi gandum. Dekat
perbatasan Udoll, jagung menjadi tanaman utama. Udoll mengkombinasikan
kesuburan tanah alami yang tinggi, kelembaban cukup dan musim panas yang banayk
yang sesuai sekali untuk memproduksi jagung dan kedelai. Dua area Udoll yang
sangat luas adalah Corn Belt di Amerika Serikat dan pampa basah di Argentina.
Sebagian besar Boroll
di bagian utara Great Plain dan Canada mempunyai regim temperatur tanah cyric.
Musim dingin sangat dingin untuk gandum musim dingin (dan musim panas) sangat
dingin untuk jagung dan kedelai. Gandum musim dingin ditanam pada musim gugur
dangandum musim semi ditanam pada musim semi, memberikan gandum musim dingin
mempunyai musim tanam yang lebih panjang. Konsekuensinya, hasil lebih tinggi
pada daerah gandum musim dingin. Gandum
musim dingin juga merupakan tanaman utama Xeroll di Palouse Hills (lihat
gambar 10-12).
Satu jumlah tanah yang
nyata di atas lembah sungai Missisipi berkembang dalam pengaruh drainase yang
tidak lebih baik dan mempunyai regim kelembaban aquic. Tanah ini adalah Aquoll.
Horison Mollisoltanah inicenderung sangat tebal, berwarna sangat gelap dan
mempunyai kandungan bahan organik tinggi. Pencucian yang terjadi minimum karena
adanya lapisan kedao air yang tinggi setiap waktu. Mereka memerlukan drainase
untuk memproduksi tanaman dan bila
drainase sudah dilakukan sepatutnya, beberapa tanah akan menjadi tanah
pertanian yang produktif. Di Illinois, sebagian besar tanah mempunyai jenis
lempung liat berdebu Drummer adalah Aquoll. Beberapa Corn Belt yang mempunyai
reputasi untuk memproduksi jagung yang dihasilkan dari luasan Mollisol sangat
luas berkembang di tanah datar dengan drainase yang tidak baik (lihat Gambar
10-13).
Aquoll juga merupakan
tanah dominan di lembah sungai Red di perbatasan Minnesota, Dakota Utara.
Gandum merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia, dalam luasan
maupun produksi. Jagung barangkali merupakan tanaman penting ketiga setelah
padi. Bandingkan peta di Gambar 10-14,
yang memperlihatkan produksi gandum dan jagung di dunia. Uni Soviet merupakan
penghasil utama gandum. Amerika Serikat merupakan penghasil utama jagung.Hal
ini berkorelasi dengan berlimpahnya tipe Udoll Mollisol di Amerika Serikat dan
tidak terdapatnya mereka di Uni Soviet. Di Amerika Serikat, produksi jagung
dipusatkan di Corn Belt pada Udoll lembab dan produksi gandum dipusatkan pada
Ustoll kering dan Boroll sejuk. Perbandingan yang sama dapat dibuat intuk pampa
di Argentina. Lebih dari 50 persen produksi jagung dunia dan sekitar 15 persen
gandum dunia dihasilkan di Amerika Serikat, yang merupakan satu indikasi
parsial dimana satu jumlah yang perlu diperkirakan bahwa Mollisol di dunia
terletak di Amerika Serikat. Mollisol mengisi hanya 9 persen permukaan bumi
(lihat Tabel 10-14), tetapi mengahsilkan satu jumlah presentase pangan dunia
yang lebih besar.
E.
SPODOSOL
ü Pembentukan
Profil Dan Karekter Tanah Spodosol
Spodosol merupakan
tanah mineral yang mempunyai horizon spodik, suatu horizon dalam dengan
akumulasi bahan organic, dan oksidasi aluminium (Al) dengan atau tanpa oksidasi
besi (Fe). Horizon iluvial ini dijumpai dibawah horizon eluviasi, biasanya
suatu horizon albik (berwarna merah muda, dengan demikian memadai bila disebut
abu kayu). Umumnya terbentuk diwilayah iklim humid, dibawah vegetasi hutan
basah dan berkembang dari bahan endapan dan batuan sediment kaya kuarsa yang
dipercepat oleh adanya vegetasi yang menghasilkan serasah asam. Senyawa –
senyawa organic tercuci kebawah bersama air perkolasi sehingga tanah permukaan
menjadi berwarna terang, sedang horizon bawah menjadi berwarna gelap karena
terjadinya selaput organic pada butir-butir tanah.
Species tumbuhan yang
berkadar ion-ion logam rendah, seperti pinus, kelihatannya merangsang
pertumbuhan spodosol. Dengan membusuknya daun-daun yang rendah kadar ion
logamnya, kemasaman tinggi akan terbentuk. Air perkolasi membawa asam-asam itu
kebagian profil tanah yang lenig dalam. Horizon atas hancur karena pencucian
intensif oleh asam. Sebagian besar mineral, dipindahkan kebagian lebih dalam.
Oksida aluminium dan besi serta bahan organic akan diendapkan di horizon bagian
bawah, sehingga menghasilkan profil spodosol yang menarik.
Profil Tanah Spodosol
Mengikuti definisi
kuantitatif taksonomi tanah, tanah diklasifikasi sebagai spodosol, apabila
memiliki horizon dengan semua sifat berikut : i. Tersementasi dengan kelembaban
minimum 10 cm; ii. Terletak langsung dibawah horizon albik, pada 50 % atau
lebih dari setiap pedonnya; iii. Batas atas berada dalam kedalaman <50 cm,
apabila kelas besar butirnya berlempung kasar, skeletal berlempung, atau lebih
halus atau <200 cm. Apabila kelas besar butirnya berpasir, dan; iv. Batas
bawah pada kedalaman 25 cm atau lebih, dari permukaan tanah.
Dalam hal ini Spodosol
mencakup Tanah-tanah yang disebut : Podzol dan Podzol Air Tanah.
Ciri – ciri morfologi tanah spodosol tersusun
atas : Horizon A2, merupakan lapisan yang mencirikan berupa abu berwarna pucat
dengan tekstur liat berlempung, berminyak jika dipijat, kadang-kadang ada
konkresi. Horizon B dibedakan dengan jelas dari horizon diatasnya oleh warnanya
yang coklat kelam sampai coklat biasa, tekstur lebih halus, struktur tiang
akibat saling koagulasi Al dan Fe yang bermuatan positif dengan bahan organik
yang bermuatan negatif, sering kali horizon ini mengandung padas. Horizon BC
dan C, makin bawah warnyanya makin mendekati warna bahan induk dan tekstur
makin kasar.
ü Penyebaran
Spodosol
Spodosol adalah Tanah –
tanah yang secara unik berkembang dari endapan pasir kuarsa, dan/atau batu
sedimen berupa batu pasir kuarsa. Vegetasi alami yang tumbuh biasanya spesifik
jenisnya. Yaitu vegetasi yang mampu berkembang subur di Tanah masam, seperti
kantung Semar dan Paku-pakuan.
Banyak tanah dari timur
laut amerika serikat, termsuk bagian utara michigan dan winconsin yang dulunya
digolongkan sebagai podsol, podsolik coklat dan podsol air tanah termasuk dalam
spodosol. Sebagian dari mereka adalah orthod, suatu spodosol umum. Akan tetapi
beberapa adalah aquod, karena tanah ini selama musim tertentu jenuh dengan air
dan mempunyai ciri-ciri yang berasosiasi dengan kebasahan, seperti akumulasi
bahan organik yang tinggi, becak-becak pada horizon albik dan terbentuknya
semacam lapisan keras (duripan) pada horizon albik. Daerah-daerah dari aquod
adalah Florida.
Daerah spodosol
dibagian timur laut membentang ke kanada. Daerah luas lainnya dari golongan ini
dijumpai dibagian utara eropa dan siberia. Daerah yang kurang luas tetapi
penting ditemuakan di amerika selatan dan dipegunungan daerah beriklim sedang.
Di Indonesia sendiri
penyebaran endapan pasir dan batu pasir kuarsa yang secara geologis sangat
luas, terdapat di kalimantan tengah, serta setempat-setempat di kalimantan
barat dan kalimantan timur. Di pulau lain nampaknya tidak luas penyebaranya dan
setempat – setempat terdapat disulawesi dan sumatra. Landform – nya dimasukkan
sebagai dataran tektonik. Lanscape luas tanah spodosol seluruhnya diperkirakan
2,16 juta ha atau 1,1 % wilayah dataran indonesia. Penyebaranya paling luas
terdapat di kalimantan tengah sekitar 1,51 juta ha, kemudian dikalimantan barat
0,42 juta dan kalimantan Timur 0,15 juta ha. Di silawesi tengah, tengah,
selatan dan tenggara dipearkirakan terdapat antara 11-25 ribu ha.
ü Pengaruh
Spodosol dalam Pertanian
Dari empat sub-ordo
dalam kelompok spodosol, yang sering kali dibuka untuk pertanian adalah
Haplorthods yaitu spodosol yang terbentuk diwilayah beriklim basah, dengan
curah hujan tunggi dan rezim kelembaban tanah udik dan aquods yaitu spodosol
basah atau jenuh air dengan drainase sangat terhambat dan sering kali mempunyai
permukaan air tanah berada dekat dengan permukaan tanah.
Data dari analisis
tanah dari beberapa pedon Spodosol dari kalimantan tengah dan kalimantan barat
menunjukkan bahwa, Spodosol termasuk tanah dengan kelas besar butir berpasir,
dengan kandungan fraksi pasir tinggi (65-96 %). Reaksi tanah menunjukkan masam
ekstrem sampai sangat masam (pH 3,3 – 4,9) di seluruh lapisan tanah, cenderung
menaik kelapisan bawah. Pada permukaan tanah, bisasanya terdapat lapisan bahan
organik (Oi dan Oe) tipis (5-10) cm dan dibawahnya terdapat Horizon Al dengan
kandungan bahan organik termasuk sedang sampai tinggi (3,1 – 9,5)%. Langsung
dibawah horizon ini terdapat horizon E, berwarna putih dan putih kekelabuan,
dengan kandungan bahan organik dangat rendah (0,2 – 0,95) %. Rasio C/N
tergolong tinggi (16-35).
Kandungan P dan K-potensial
di lapisan atas dan dilapisan bawah, sangat rendah sampai rendah. Jumlah
basa-basa dapat ditukar termasuk sangat rendah (0,2-1,2 cmol (+)/kg tanah).
Kandungan kedua unsur hara ini dilapisan serasah, selalu lebih tinggi dari pada
lapisan bawah yang berpasir. KTK tanah sebagian besar sangat rendah dilapisan
pasir, dan agak tinggi sampai tinggi pada lapisan serasah dan di horizon Bs
(sesquioksida). KB semuanya sangat rendah sampai. Potensi Kesuburan alami
Spodosol dengan demikian disimpulkan sangat rendah sampai rendah penggunaan
tanah.
Oleh karena bahan
induknya berupa endapan pasir atau batu pasir kuarsa (SiO2), Spodosol umumnya
sangat miskin atau sangat rendah kesuburan alaminya. Spodosol yang paling
sering ditemukan dan dimanfaatkan untk pertanian adalah Hoplorthods dan Aquods.
Di beberapa daerah pemukiman transmigrasi dikalimantan tengah, kalimantan barat
dan kalimantan timur yang dimanfaat untuk pertanian tanaman pangan umumnya
adalah Aquods yang dibuka untuk sawah rawa, dan Hoplorthods sebagai lahan
pertanian kering dan tegalan. Namun kesuburan alami yang sangat rendah sesudah
1-2 tahun tidak menghasilkan panen sehingga ditinggalkan atau tidak ditanam
lagi. Untuk tanaman perkebunan, khusunya kelapa sawit yang relatif masih sesuai
adalah Hoplorthods yang mempunyai tekstur agak halus (lempung berpasir sampai
pasir berlempung), tetapi tentunya memerlukan pemupukan yang tinggi.
F. ALFISOL
Tanah yang termasuk
ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison
bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih
dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di
horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama
dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk
tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah
Kuning.
ü Pembentukan
tanah
Dua prasyarat yang diperlukan Alfisol
adalah:
1.
Mineral liat Kristalin sedang jumlahnya
2.
Terjadi akumulasi liat di horizon B yang jumlanya memenuhi syarat horizon
agrilik, atau kandik.
Keadaan lingkungan yang
memungkinkan terbentuknya horizon spodik, molilik, atau horizon lain atau
horizon lain yang bukan agrilik tidak didapat. Alfisol ditemukan di banyak zone
iklim, tetapi yang utama adalah di daerah beriklim sedang yang bersifat humid
atau ubhumid, dengan bahan induk relatif muda dan stabil paling sedikit selama
beberapa ribu tahun. Oleh karena itu Alfisol adalah tanah yang relative muda,
masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin
dan kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang lebih muda dari
pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan bahan induk
mafic.
Alfisol ditemukan di
daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan alfisol di Iowa
memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan Riecken, 1964) karena lambatnya proses
akumulasi liat untuk membentuk hodison agrilik. Alfisol terbentuk di bawah
vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous). Proses pembentukan Alfisol melalui
urutan sebagai berikut:
1. Pencucian karbonat
Pencucuian karbonat dan
braunifikasi merupakan prasyarat untuk pembentukan Alfisol. Kalsium Karbonat
(dan bikarbonat) merupakan flocculant yang kuat sehingga dalam pembentukan
Alfisol, karbonat perlu dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih mudah
bergerak bersama dengan perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah menjadi
lebih masa, kadanag-kadang sampai mencapai pH 4,5.
2. Pencucian besi
Besi sebagai flocculant
dengan kekuatan sedang mengalamai pencucuian setelah karbonat, dan diendapkan
di horizon B, sehingga warna tanah menjadi coklat (braunification).
3. Pembentukan epipedon
okhrik (horison A1)
Bahan organik tidak
tercampur terlalu dalam dengan bahan mineral, karena akar-akar halus tanaman
hutan tidak terlalu banayak masuk ke dalam tanah seperti padang rumput. Bahan
organik yang terdapat di permukaan tanah dicamur dengan bahan mineral oleh
cacing atau hewan-hewan lain, pada kedalaman 2 – 10 cm, sehingga terbentuk
lapisan mull (horizon A1). Proses biocycling unsure hara dan basa-basa dari
subsoil ke horizon O dan A1 merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf.
Hal ini dapat menyebabkan reaksi tanah di subsoil menjadi masam (pH 4,8 – 5,8).
4. Pembentukan horizon
albik
Beberapa jenis ALfisol
memiliki horizon E yang jelas berwarna pucat yang disebut horizon albik.
Horizon ini terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan bahan organic, sedang
proses mineralisasi sedikit sekali terjadi. Pecucian liat terjadi secara
mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horizon albik kadang-kadang juga
mengandung cukup banyak bahan organic tetapi tidak berwarna (Wilde, 1950).
Mineral-mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan
rasio SiO2/R2O3 menjadi lebih besar dari Bt.
5. Pengendapan argillan
Terjadinya
pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic di horizon Bt disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu:
a.
Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke
dalam tanah.
b.
Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air
perkolasi lambat bergerak.
c.
Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.
d.
Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di
horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum. Curah
hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan Alfisol. Pada
beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik terbentuk in situ dari
pelapukan bahan induk.
ü Karakteristik/Sifat
Tanah
Tanah alfisol memiliki
tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari
horizon diatasnya dan tercuci dibawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak
pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yangsangat pendek di kenal
dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan
tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).Partikel tanah liat pada lapisan
Alfisol digerakkan oleh air yang meresap darihorizon A dan disimpan pada
horizon B.
Hasilnya adalah
polipodeon dengan horizon-horison yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam
pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan diguakan untuk
menggolongkan tanah lempung, lempung liat atau tanah liat. (Poerwowidodo,
1991). Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon
bawah(horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35
% padakedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Bila kejenuhan basa sangat tinggi
makamakin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya
tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah
ini tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga
termasuk pada tanahAlfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35
% tetapi pada horizonArgilik dipadatan lidah-lidah horizon albik
dan kejenuhan basa bertambah makin kehorizon bawah. (Hakim,
1986).
ü PengelolaanTanah
Potensi
Pada dasarnya tanah ini
dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Tapi karena mempunyai kemiringan yang
ekstrim curam maka daerah ini hanya perlu di tanami tanaman keras (tanaman
keras) seperti pohon jati, pinus atau cemara untuk mengantisipasi adanya erosi
yang cukup berat.
Permasalahan
Tanah alfisols termasuk
tanah yang masih muda dan perkembangan tanah belum lama, sehingga kandungan
bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang tersedia, maka solumnya dangkal
(10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya merupakan lapisan batuan. Rendahnya
kedalaman solum menyebabkan perkembangan akar terhambat sehingga tanaman kurang
baik pertumbuhannya. Topografi daerah ini yang ekstrim curam menyebabkan rawan
terhadap erosi karena tanah aluvial ini kemampuan untuk mengikat air cukup
rendah.
Perbaikan
Dalam mengatasi lajunya
erosi di daerah ini dilakukan konservasi dengan melakukan sistem pertanian
agroforesty dengan menanam tanaman tahunan dengan disisipi oleh tanaman pangan
seperti tanaman legume (kacang-kacangan ) sebagai tanaman penutup lahan
sehingga erosi dapat ditekan. Dengan penambahan sisa organik dapat meningkatkan
kelengasan tanah karena sisa organik yang terdekomposisi menjadi bahan organik
mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat menahan laju erosi tanah
karena air terserap oleh bahan organik.
G. ULTISOL
Ultisol hanya ditemukan
di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C. Ultisol adalah
tanah dengan hormon argilik atau kardik bersifat masam dengan kejenuhan basa
rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan
tanah kurang dari 35%.
Tanah ini umumnya
berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan
bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering
di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Terdapat tersebar di
daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian jaya. Daerah-daerah ini direncanakan
sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian
besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah
reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan
fksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan.
ü Proses
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan
tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :
proses sebagai berikut :
1.
Pencucuian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat. Pencucian
berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa rendah
sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).
2.
Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam
waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap
mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan
oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit,
dan gibsit.
3.
Lessivage (pencucian liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas
(eluviasi), dan horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di
horison argilik merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan
induk.Di daerah tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus mengandung
bahan organik dan besi lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang.
Bersamaan
dengan proses lessivage tersebut terjadi pula proses podsolisasi dimana
sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari horison albik ke horison argilik.
Biocycling
Meskipun terjadi pencucian intensif
tetapi jumlah basa-basa di permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan
kedalaman. Hal ini disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh
vegetasi yang ada di situ.
5. Pembentukan
plinthite dan fragipan.
Plinthite dan fragipan
bukan sifat yang menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya
ditemukan pada subsoil di daerah tua.
Plinthite : Terlihat sebagai karatan
berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk karena proses reduksi dan oksidasi
berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan menjadi keras irreversibie dan
disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau kering berlebihan
bukanlah plithit.
Plinthite ditemukan
mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah. Hanya plinthite yang
dapat menghambat drainase yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu mengandung 10-15
persen volume atau lebih plinthite = Plinthaquult).
Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk,
seperti halnya plinthite, fragipan menghambat gerakan air dalam tanah. Proses
pembentukan fragipan masih belum jelas.
6. Perubahan
horison umbrik menjadi mollik
Ultisol dengan epipedon
umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon mollik akibat pengapuran.
Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan yang
lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan
basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison argilik atau 1,80
m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%). Hal ini disebabkan
untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi tanah
tidak berubah akibat pengelolaan tanah.
ü Penggunaan
Tanah Ultisol
Ultisol merupakan
daerah luas di dunia yang masih tersisa untuk dikembangkan sebagai daerah
pertanian. Air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan tinggi.
Banyak merupakan daerah perladangan petani primitif. Biasanya memberi produksi
yang baik pada beberapa tahun pertama, selama unsur-unsur hara di permukaan
tanah yang terkumpul melalui proses biocycle belum habis. Reaksi tanah yang
masam, kejenuhan basa rendah, kadar Al yang tinggi, kadar unsur hara yang
rendah merupakan penghambat utama untuk pertanian. Untuk penggunaan yang baik
diperlukan pengapuran, pemupukan dan pengelolaan yang tepat.
Penggunaan sebagai
hutan dapat mempertahankan kesuburan tanah karena proses recycling. Basa-basa
tercuci ke bagian bawah tanah, diserap oleh akar-akar tanaman hutan dan
dikembalikan ke permukaan melalui daun-daun yang gugur. Bila hutan ditebang,
maka tanaman semusim atau alang-alang tidak dapat melakukan recycle basa-basa
(unsur hara) karena akar-akarnya tidak dalam.
ü Horison-Horison Diagnotik
I. Epipedon
1. Molik :
a.
ketebalan : - > 10 cm jika menumpang pada batuan keras
-
1/3 tebal belum jika solum tidak tebal
-
25 cm jika solum tebal
b.
tidak keras sekalipun kering (gambar – agak teguh)
c.
Kroma warna < 3,5, volume > 3,5
d.
V > 50%
e.
B.O. > 1%, tapi < 20% jika pasiran, atau < 30% jika lempungan
f.
P2O5 larut asam sitrat < 250 ppm
g.
Struktur berkembang nyata
2. Anthopik :
a.
seperti mollik, tetapi
b.
kadar fosfat tinggi karena pengolahan dan pemupukan (anthropos = manusia)
3. Histik :
a.
horizon organik (histos = jaringan)
b.
tebal > 1 kaki ( 30 cm)
c.
sering jenuh air
4. Ochric :
a.
warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda)
b.
kadar, b.o. lebih rendah
c.
lebih tipis dari mollic, umbric, anthropic atau histic
d. keras dan pejal
waktu kering
5. Plaggen :
a.
Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani
b.
tebal > 50 cm
c.
pengaruh pengolahan tanah yang lama
(plaggen
= sod = tanaman sisa-sisa rumput)
6. Umbrik :
a.
warna tua (umbra = peneduh warna tua)
b.
sepeti mollik, tetapi jenuh hidrogen (H+)
sehingga nilai V rendah ( < 50% )
II. Endopedon :
1. Kambik :
a.
Struktur granuler gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih memperlihatkan
struktur batuan induk.
b.
Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan (vitrik)
(cambiare = menukar)
c.
KPK di atas 16 me%
d.
Belum ada iluviasi lempung, seskuioksida & B.O
e.
Tidak tampak selaput lempung pada gumpalan/butir tanah
f.
Tidak dapat berkembang dalam bahan pasir ( terbentuk oleh reaksi fisika atau
kimia)
2. Agric :
a.
Pengumpulan G.O & lempung langsung di bawah lapangan olah 15% vol tanah
(agr = lapangan)
3. Albic :
a.
Lempung & oksida besi telah terlundi sehingga meninggalkan pasir dan debu
warna muda. (albus = putih)
b.
Biasanya dialasi oleh spodik atau orgilic
4. Argilik :
Horison argilik merupakan
horison atau lapisan tanah yang terbentuk. akibat terjadi akumulasi liat.
a.
Berhorizon B lempung illuvial (orgilla = lempung putih)
b.
Berselaput lempung pada permukaan gumpal tanah
5. Galcic :
a.
Perkayaan CaCO3 sekunder atau CaCO3+ MgCO3 sekunder (calcic = kapur)
b.
Kadar CaCO3 setara > 15% bila tebal > 15 cm
Kadar CaCO3 setara > 5% dari horizon
C (notric = natrium)
6. Natrik : Seperti argilic, tetapi
:
a.
Berstruktur kolumner / prismatik
b.
Ber Na tertukar 15%
c.
pH > 8,5
7. Oksik :
a.
Pengumpulan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat
b.
Berlempung kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida)
c.
Tak berselaput lempung
d.
pH (KCl) pH – H2O
8. Spodik :
a.
Berhorizon B dengan pengumpulan humus/seskuioksida
b.
Tak ada pengumpulan lempung & selaput lempung
c.
Dapat merekat menjadi padas (orstein)
(spodos
= abu kayu)
9. Duripan :
a.
Terekat oleh silika berbentuk kristal mikro sehingga fragmen-fragmen kering tak
mau menjadi bubur bila direndam (durus = keras)
b.
Sering mengandung semen tambahan berupa oksida besi dan CaCO3 sehingga warna
beraneka
10. Fragipan (tragilis = rapuh) :
Fragipan : Padas di
bawah horison spodik dengan sementasi lemah hingga rapuh (mudah pecah).
Bahan-bahan halus menngisi pori-pori sehingga bulk destiny meningkat menjadi
1,92 gr/cc (Hole et al 1962). Bahan perekatnya Si atauAl.
a.
BV lebih tinggi dari horizon di atasnya
b.
Keras bila kering tetapi rapuh bila lembab
11. Gypsic(gypsum = gips) :
a.
Kadar gips > 35% dari jumlah karbonat + gips
b.
Jumlah karbonat + gips > 40% berat tanah halus total ( 2mm)
12. Petrocalcic (petra = batuan) :
a. Horizon calcic yang
memadas dan berbentuk tidak terputus-putis
13. Petrogypsic :
a. Horizon gipsic yang
memadas dan tidak terputus-putus
14. Placic (plox = batu pipih) :
a.
Padas tipis berwarna hitam sampai merah tua
b.
Terekat oleh besi
c.
Tebal 2mm – 10 mm
15. Salic (sal = garam) :
a.
Kadar garam terlarut sangat tinggi
b.
DHL 1mmhO 3000 ppm
c. Kadar Na tertukar
< 8,5 dalam ekstrak jenuh air
16. Sulfuric (Sulfureouse) :
a.
Mengandung besi sulfat jika pH oksidasi < 3,5
b.
Mengandung polisulfida > 0,75% jika mengandung kurang dari 3x kadar CaCO2
setara (hanya untuk histosol & aquent cat day)
ü Tanah
Tidak Diagnotik
1.
Durinode (durus = keras, nodus = simpul)
:
Nodula yang terekat
lemah sampai memadas
terurai di dalam KOH pekat (+HCl untuk
hilangkan karbonat) tidak terurai dengan HCl p saja.
-
Bahan semennya SiO2
-
Bila kering berkonsistensi teguh – sangat teguh & rapuh bila basah
-
Bila direndam air tidak melumpur
-
Berbentuk sebagai konkresi (laporan konsentrik) dengan ukuran 1 cm
2.
Gilgai & Slicken-side :
Bentuk muka tanah
dengan pola tumbuhan yang terdiri bukit/pematang kecil dan cekungan dangkal –
sempit sebagai akibat dari proses kembang kerut lempung.
3.
Kontak lithic (eithos = batu) :
Batas antara tanah dengan bahan padu dan
tidak terputus-putus yang terdapat di bawahnya.
-
Bahan harus cukup padu dalam keadaan lembab
tidak
dapat digali dengan skop
-
Bila mineral tunggal, kekerasan 6
-
Bila bukan mineral tunggal, bongkah-bongkah tercabik tidak terdispersi dalam
penggojokan 15 jam dalam air/calgon
-
Bahan padunya tidak mencakup horizon-horizon tanah diagnostik seperti
duripon/petrocalcic
4. Kontak poralithic :
-
Mirip kontak lithic, tapi kekerasannya < 3 atau alami pendispersian
sedikit.
-
Bila lembab dapat diskop, meski sulit
-
Bahan padu berupa sedimen yang alami perpaduan sebag seperti batu pasir, batuan
debu atau shale (serpih), BV < 2
5. Plinthile (plinthos
: batubata)
-
Campuran terlapuk dari lempung, kwarsa & kotoran
-
Kaya seskuioksida
-
Miskin humus
-
Berbecak-becak merah, dapat didispersi
-
Berpola pipih/jaring
-
Merupakan bahan yang tidak memadas
-
Irreversibel menjadi padas besi, agregate tak teratur
-
Konsistensi teguh (kap lap) dan keras (titik layu)
-
Proses kimiawi : oksidasi dan dekarbonatasi
• Oksidasi : karena udara mengalir lewat
retakan, b.o. teroksidasi dan warna kelabu kebiruan kecoklat karena oksidasi
senyawa besi.
- oksidasi dipercepat oleh jazad renik
pengoksidasi besi sehingga warna merah cepat timbul (pada lap atas yang tipis)
- senyawa pirut (FeS2) pada lumpuran
lempung payau teroksidasi menjadi asam sulfa
ü Horison
Dan Lapisan Utama
1.
Horizon organik :
O : horizon organik dari tanah
mineral
a.
terbentuk pada bagian atas tanah mineral
b.
dirajai oleh bahan-bahan organik segar/terurai sebagian
c.
berkadar BO 30% jika berfraksi lempung 50%, 20% jika berfraksi bukan lempung
O1¬ : horizon organik yang sebagian
besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan bentuk asli.
O2 : horizon organik yang sudah tidak
tersidik bentuk asli asalnya.
2.
Horizon mineral
A : horizon mineral yang terdiri atas :
a.
horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
b.
lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan
pengumpulan kwarsa atau mineral
c.
horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau C
dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk
pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o. terhumofikasi yang berhubungan
dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung,
besi atau aluminium sehingga terjadi pemekatan residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B
dan dirajai oleh sifat-sifat khas A¬¬1 dan A2 yang menumpanginya, tapi
mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di bawahnya.
AB : peralihan antara A dan B, yang
bagian atas berciri utama sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi
A3 dan B1 biasanya karena terlalu tipis, bila tebal harus dipisahkan.
B : Ciri-ciri utamanya
a.
pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun
kombinasi.
b.
Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan
pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
c.
Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau
lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d.
Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan asli,
yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya
dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
B1 : peralihan antara B dan A1 atau B
dan A2 yang dikuasai oleh sifat-sifat B2 di bawahnya, tapi bersifat tambahan
dari A¬¬1¬ atau A2.
B2 : bagian dari horizon B dengan
sifat-sifat paling murni, tanpa menunjukkan sifat peralihan ke A, C atau
R.
B3 : peralihan antara B dan C atau R
dengan sifat-sifat diagnostik B2 tapi berkaitan dengan sifat-sifat khas C atau
R.
C : mirip dengan bahan yang dianggap
bahan asal solum, relatif sedikit kena proses pendogenesa dan tak mempunyai
sifat-sifat yang diagnostik A atau B, dengan sifat-sifat :
a.
Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama
b.
Sementasi dapat balik, merapuh, BU meninggi sifat khas/fragipan.
c.
Gleisasi
d.
Pengumpulan Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
e.
Sementasi oleh Ca atau Mg karbonat/garam mudah larut
f.
Sementasi oleh bahan kersik larut alkali atau oleh besi dan silika
g.
Mencakup semua horizon/laporan yang terbentuk tanpa faktor biologi
R : batuan dasar pada yang ditumpangi,
seperti : granit, batuan pasir atau
gamping.
A&B: bersyarat A2 tetapi disisipi B
sebanyak 50% volume
AC : bersyarat maupun C tanpa ada yang
merajai.
B&A: horizon bersyarat B pada lebih
dari 50% volnya dan mencakup bagian-bagian yang bersyarat A2.
-
mampunyai lidah-lidah tegak A2
-
mempunyai pita-pita horizontal A2¬ diantara pita-pita B yang lebih tebal
ü Ciri
Morfologi
Pada umumnya Ultisol
berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Pada klasifikasi lama menurut
Soepraptohardjo (1961), Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning
(PMK). Warna tanah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dari 10YR
hingga 10R, nilai 3−6 dan kroma 4−8 (Subagyo et al. 1986; Suharta dan Prasetyo
1986; Rachim et al. 1997; Suhardjo dan Prasetyo 1998; Alkusuma 2000; Isa et al.
2004; Prasetyo et al. 2005).Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain bahan organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan
mineral primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan
warna putih keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang
memberikan warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya
makin tinggi kandungan goethit, dan makin merah warna tanah makin tinggi
kandungan hematit (Eswaran dan Sys 1970; Allen dan Hajek 1989; Schwertmann dan
Taylor 1989).
Tekstur tanah Ultisol
bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit
yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat
berpasir (Suharta dan Prasetyo 1986), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur,
batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat
dan liat halus (Subardja 1986; Subagyo et al. 1987; Isa et al. 2004; Prasetyo
et al. 2005). Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan
bentuk gumpal bersudut (Rachim et al. 1997; Isa et al. 2004; Prasetyo et al.
2005).
Komposisi mineral pada
bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol. Bahan induk yang didominasi
mineral tahan lapuk kuarsa, seperti pada batuan granit dan batu pasir,
cenderung mempunyai tekstur yang kasar. Bahan induk yang kaya akan mineral
mudah lapuk seperti batuan andesit, napal, dan batu kapur
cenderung menghasilkan tanah dengan
tekstur yang halus.
Ciri morfologi yang
penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat daslam jumlah
tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil Taxonomy (Soil Survey
Staff 2003). Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai
horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil
analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik
umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang
menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya bserkembang
di atas horizon argilik
H. OXISOL
Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian
pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel
halus)
Salah satu sistem
klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama:
Soil Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6)
kategori, yaitu:
1.Ordo
2.Subordo
3.Greatgroup
4.Subgroup
5.Family
6.Seri
Sistem klasifikasi
tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. Sistem klasifikasi
ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
1.
Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan.
2.
Definisi-definisi horison penciri.
3.
Beberapa sifat penciri lainnya.
Oxisol menduduki
rangking kelima di bumi, golongan ini berasal dari bahasa Prancis, Oxide yang
berarti Oksida. Semua tanah yang memiliki horizon oksida, tergolong
oxisol.Oxisol menurut system klasifikasi tanah 1949 meliputi tanah lateritik,
Lastosol, dan laterit air tanah (Ground Water Laterite). Golongan tanah oxisol
tersebar di daerah tropika dan paling luas di Afrika dan di Amerika Selatan.
Sub-order dari tanah oxisol adalah
sebagai berikut:
1) Aquox, Aqua + ox isol, berasal dari
Latin Aqua, air. Khas en hubungannya dengan perariran.
2) Humox, Hum us + ox isol, dari kata
Yunani, Humus, bun
Artinya: Oxisol yang mengandung bahan
organic
3) Orthox, Ortho os + ox isol, orth dari
bahasa Yunani; ortho benar. Artinya oxisol biasa
4) Ustox, ust us + ox isol, Ust dari
bahasa Latin ustus, terbakar. Oxisol terdapat pada region iklim kering, biasa
musim panas yang kering.
5) Torrox, torr idus + ox isol. Torr
berasal dari bahasa Latin torrid us, panas, kering. Artinya biasa kering.
Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
-
Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah.
-
Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada
di udara terbuka disebut tanah laterit.
-
kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison
kambik.
-
mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, sehingga
kandungan mineral primer dan unsure hara rendah,
-
konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan
relative seskwioksida di dalam tanah akibat pencucian silikat.
-
Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna
tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih
dari 150 cm).
Tanah Alfisol, Ultisol
dan Oxisol termasuk kelompok tanah merah (Soepraptohardjo, 1961; dalam Buurman,
1980), bahan induk bersifat masam hingga ultra basa.
Ketersediaan unsur P
dan K di tanah Oxisol sangat rendah, sebagai akibat dari pelapukan lanjut, dan
terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman, yaitu Fe- P, Al-P,
FeAl-P dan bentuk lainnya.
Tanah oxisol banyak digunakan untuk
perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan
perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
Upaya pemanfaatan tanah
Oxisol secara optimal, khususnya untuk pengembangan tanaman kelapa sawit
memerlukan pemahaman yang tepat dan menyeluruh mengenai karakteristik tanah
tersebut. (studi di Perkebunan Pelaihari Kalimantan Selatan pada Maret 2002).
Pemanfaatan tanah Oxisol untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di kebun
Pelaihari, harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan
tanah. Upaya tersebut di antaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup
tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik
Daerah penyebaran
Oxisol adalah daerah tropis dengan curah hujan tinggi (2000-7000 mm/tahun),
terbentuk di daerah tuf, abu atau fan vulkanik yang telah mengalami pelapukan
lanjut, dengan bentuk wilayah berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung
serta pada ketinggian 10 sampai 1000 m dari permukaan laut (Sarief:1985).
Terdapatnya penyebaran
tanah Oxisol ini pada ketinggian 10 sampai 1000 m dpl, berarti tanah oxisol
dapat ditemui di dataran rendah (0-600 m dpl) maupun di dataran tinggi (>600
m dpl), sehingga sangat besar kemungkinan sifat-sifat fisika tanah pada kedua
macam daerah akan berbeda pula. Sebab perbedaan sifat fisika tanah sangat
dipengaruhi oleh perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, bahan
induk, topografi, organisme dan waktu (Buol, Hole, Cracken, 1980)
Ciri-ciri :
A.
solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
B.
kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut
C.
adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m
D.
susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning
sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat
E.
mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
Banyak digunakan untuk
perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan
perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
I. VERTISOL
Tanah Vertisol memiliki
kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi
dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH
tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan
penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang
relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga
relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan
subtropis (Munir, 1996).
Dalam perkembangan
klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat
perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi,
pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH
yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui
bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo
lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai
pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya.
Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan
tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada
pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004).
Proses pembentukan
tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang khusus yang
terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut topografi gilgai.
Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal (Hardjowigeno, 1993).
Koloid tanah yang
memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap sejumlah besar kation. Jumlah
kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk dapat tukar pH tertentu disebut
kapasitas tukar kation. KTK merupakn jumlah muatan negatif persatuan berat
koloid yang dinetralisasi oleh kation yang muda diganti(Pairunan,dkk,1997).
Tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih
tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau
tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentuka besarnya KTK
tanah (Hakim,dkk,1986).
Pada umumnya
Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara
terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm.
Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika produksi tanaman pada
musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman yang tumbuh pada kondisi
irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka dianjurkan untuk mencoba
menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
Kadar fosfor Vertisol
ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor
dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal yaitu
peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan
fosfor (Pairunan, dkk, 1997).
Pada tanah Vertisol P
tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang berkembang dari batuan basik
tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari bahan vulkanis. Pada segi
lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl atau napal, kandungan P
total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
Vertisol adalah tanah
yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi. Rekasi tanah bervariasi
dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara 6,0 sampai 8,0, pH
tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi dan Vertisol
masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996).
KTK tanah-tanah
Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan tanah-tanah mineral lainnya.
Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral
Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik
sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK yang sangat tinggi.
Katio-kation dapat tukar yang dominant adalah Ca dan Mg sdan pengaruhnya satu
sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah (Lopulisa, 2004).
Kejenuhan basa ynag tinggi, KTK yang
tinggi, tekstur yang relative halus, permeabilitas yang rendah dan pH yang
relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang merupaka karakteristik
Vertisol (Hardjowigeno, 1985).
J. HITOSOL
Histosol (tanah
organic) asal bahasa yunani histories artinya jaringan. Histosol sama halnya
dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut.
Histosol mempunyai
kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan
adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak
terdekomposisi dan menyimpan air.
Jenis tanah Histosol
merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40
cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama
sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik
akan mengalami penurunan (subsidence).
Bahan organik didalam tanah dibagi 3
macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik
merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah
(mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas.
Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan
sapri tingkat kematangan lanjut.
Dalam tingkat
klasifikasi yang lebih rendah (Great Group) dijumpai tanah-tanah Trophemist dan
Troposaprist. Penyebaran tanah ini berada pada daerah rawa belakangan dekat
sungai, daerah yang dataran yang telah diusahakan sebagai areal perkebunan
kelapa dan dibawah vegetasi Mangrove dan Nipah.
Secara umum definisi tanah gambut
adalah:
“Tanah yang jenuh air
dan tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisasisa tanaman dan jaringan
tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem
klasifikasi baru (Taksonomi tanah), tanah gambut disebut sebagai Histosols
(histos = jaringan ).”
Pada waktu lampau, kata
yang umum digunakan untuk menerangkan tanah gambut adalah tanah rawang atau
tanah merawang. Di wilayah yang memiliki empat musim, tanah gambut telah
dikelompokan dengan lebih rinci. Padanan yang mengacu kepada tanah gambut
tersebut adalah bog, fen, peatland atau moor.
ü Potensi
Luas Histosol di Riau dan Indonesia
Indonesia memiiiki
lahan gambut yang sangat luas, yaitu sekitar 21 juta hektar atau lebih dari 10%
luas daratan Indonesia. Lahan gambut adalah merupakan salah satu sumber daya
alam yang sangat penting dan memainkan peranan penting dalam perekonomian
negara, diantaranya berupa ketersedian berbagai produk hutan berupa kayu maupun
non-kayu. Disamping itu, lahanb ambut juga memberikan berbagai jasa lingkungan
yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, diantaranya berupa pasokan air,
pengendalian banjir serta berbagai manfaat lainnya. Hutan rawa gambut juga
berperan sangat penting dalam hal penyimpanan karbon maupun sebagai pelabuhan
bagi keanekaragaman hayati yang penting dan unik.
Menyusutnya luasan
lahan gambut akan memberikan dampak sosial, ekonomi dan kesehatan yang dahsyat
bagi penduduk Indonesia. Sebagai contoh, kebakaran hutan yang terjadi di lahan
gambut tidak saja menimbulkan kerugian secara ekonomi akan tetapi juga telah
menyebabkan ratusan ribu penduduk mengalami gangguan kesehatan pernapasan yang
memerlukan penanganan yang seksama. Susutnya luasan lahan gambut atau berbagai
kerusakan yang dialami juga akan menyebabkan berkurangnya fungsi penting mereka
sebagai pemasok air, pengendali banjir serta pencegah intrusi air laut ke
daratan.
Jika tak dilakukan
langkah antisipasi pencegahan serta penanganan kerusakan dan hilangnya lahan
gambut tersebut, maka bahaya dan kerugian yang ditimbulkan kemudian tidak hanya
menerpa penduduk Indonesia saja, akan tetapi juga akan menimbulkan implikasi
lingkungan dan sosial yang berskala regional bahkan global. Jika karbon yang
terkandung dalam gambut kemudian dilepaskan maka akan secara siginifikan
menambah kadar karbon di atmosfir. Tidak hanya berdampak secara langsung untuk
manusia, kerusakan lahan gambut juga akan berakibat langsung terhadap kehidupan
keanekaragaman hayati didalamnya, termasuk jenis-jenis penting, seperti Orang
utan, sekitar 300 jenis ikan serta lebih dari 2.500 jenis tumbuhan (sekitar 20%
diantaranya diketahui sebagai tanaman obat). Banyak diantara jenis-jenis
tersebut yang diketahui sangat tergantung kepada dan hanya ditemukan di lahan
gambut.
BAB
III
PENUTUP
ü Kesimpulan
energi
matahari digunakan dalam proses henesis dan differensiasi tanah yang bersumber
dari energi matahari. jumlah energi yang samoai ke permukaan bumi tergantung
pada kondisi cuaca. energi ini akan mengakibatkan gerakan udara atau angin yang
akan memicu proses penguapan. proses penguapan ini akan mengakibatkan
terbentuknya awan dan terjadilah hujan. curah hujan adalah salah satu unsur
yang berperan dalam pembentukan tanah.
menurut
walker pembagian tanah di bagi 2 yaitu daerah humid dan arid
insolasi
matahari mempunyai peran penting terhadap curah hujan dan temperatur yang
merupakan 2 unsur penting pembentuk tanah
Curah
hujan bekorelais erat dengan pembentukan tanah biomaass(bahan organik) tanah,
karena air merupakan komponene utama
tetanaman maka kurangnya curah hujan akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangnnya.
Aktifitas
pembentukan tanah (pelapukan) akibat
aktifitas iklim
1.
pelapukan visik
2.
pelapukan kimiawi
3.
Pelapukan organik
4.
Gerakan massa batuan (mass wasting)
Persebaran
Dan Klasifikasi Menurut Peta Ordo Tanah
Sifat, Pentebaran Dan Penggunaan.
A.
ENTISOL I.
VERTISOL
B.
INCEPTISOL
J. HITOSOL
C.
ARIDISOL
D.
MOLLIASOL
E.
SPODOSOL
F.
ALFISOL
G.
ULTISOL
H. OXISOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar