Sabtu, 24 Maret 2012

BENTUK LAHAN ASAL SOLUSIONAL


BAB I
PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Indonesia Negara yang luas. Disana terdapat begitu banyak pulau yang terbentang dengan berbagai   macam lahan  di dalamnya. Baik lahan asal solusional,lahan asal marin, fluvial, denudasi, structural dll .
Lahan asal solusional adalah sebagian lahan yang terdapat di Indonesia. Banyak sekali kegunaan lahan ini dan berbagai unsur serta materi-materi di dalamnya. Selain itu   keberadaan kawasan karst di Indonesia, dewasa ini dianggap memiliki nilai yang sangat strategis. Di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, luas kawasan karst mencapai hampir 20 % dari total luas wilayah.     Dari segi keilmuan kawasan karst merupakan suatu kawasan yang tidak akan pernah kehabisan obyek untuk penelitian. Fenomena bentang lahan permukaan karst yang sangat unik, fenomena bawah permukaan berupa sistem pergoaan dan sungai bawah tanah merupakan obyek yang sangat menarik untuk diteliti. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal didalamnya yang juga unik karena mampu bertahan pada kondisi water table yang sangat dalam, dan hanya dapat memperoleh air dari goa serta mata air juga menarik untuk selalu dikaji. Sumberdaya alam lain yang dapat dikaji adalah beragamnya flora dan fauna yang khas seperti burung walet dan kelelawar.

Seperti apakah lahan asal solusional itu? Untuk itu kami akan mengangkat bahan ini sebagai pokok permasalahan dalam makalah kami

B. Rumusan Masalah                                                                                                        
1.      Apakah di maksud dengan lahan asal solusional?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi lahan asal solusional?
3.      Bagaimanakah bentuk-bentuk lahan asal solusional?
4.      Bagaimanakah klasifikasi lahan asal solusional?
5.      Seperti apakah kerusakan-kerusakan yang terjadi pada lahan asal solusional?

C. Tujuan Penulisan
1.      Agar masyarakat bisa lebih mengerti tentang lahan asal solusional.
2.      Agar masyarakat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lahan asal
solusional.
3.      Agar masyarakat mengerti tentang bentuk-bentuk serta klasifikasi lahan asal
solusional.
  1. Supaya masyarakat mengerti tentang kerusakan-kerusakan yang terjadi pada lahan asal solusional serta cara penanganannya




















BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bentuk Lahan Solusional
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa           Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast’ yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Moore and Sullivan (197 menyebutkan bahwa istilah karst diperoleh dari bahasa Slovenia, terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak), dan digunakan pertama kali oleh pembuat peta-peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan gamping berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut Yugoslavia dan sebelah Timur Laut Italia.
Beberapa ahli menggunakan karst sebagai istilah untuk medan dengan batuan gamping yang dicirikan oleh drainase permukaan yang langka, solum tanah tipis dan hanya setempat-setempat, terdapatnya cekungan-sekungan tertutup (dolin), dan terdapatnya sistem drainase bawah tanah (Summerfield, 1991). Ford dan Wiliam (1996) mendefinisikan secara lebih umum sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuk lahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst sebenarnya tidak hanya terjadi di batuan karbonat, namun sebagian besar karst berkembang di batu gamping.
Maka dapat disimpulkan Bentuk lahan solusioal adalah bentuk lahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat. Tetapi sebagian besar karst  berkembang di batu gamping. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi kars, walaupun faktor selain batuannya sama.


B. Syarat dan Faktor Terbentuk Lahan Solusional
a) Beberapa syarat untuk dapat berkembangnya topografi karst sebagai akibat dari           proses pelarutan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping ataupun dolomite
2. Batu gamping dengan kemurnian tinggi
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal
4. Banyak terdapat diaklas/retakan
Batuan karbonat memiliki banyak diaklas akan memudahkan air untuk melarutkan CaCO3. Oleh karena itu batuan karbonat yang sedikit diaklas atau tidak memiliki diaklas , walaupun terletak pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi, namun tidak terbentuk topografi karst.
5. Pada daerah tropis basah
Kondisi iklim mencakup ketersediaan curah hujan yang sedang hingga lebat yang bersamaan dengan temperature yang tinggi. Kondisi semacam ini menyebabkan pelarutan dapat berlangsung secara intensif.
6. Vegetasi penutup yang lebat
Vegetasi yang rapat akan menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah LW memiliki PH rendah atau asam. Pada kondisi asam, air akan mudah melarutkan karbonat (CaCO3). Perpaduan antara batuan karbonat dengan banyak diaklas , curah hujan dan suhu tinggi, serta vegetasi yang lebat akan mendorong terbentuknya topografi kars.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan topografi karst
Pembentukan dan perkembangan bentuklahan karst dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terdapatnya curah hujan yang tinggi
Curah hujan yang tinggi dapat mempengaruhi perkembangan bentukan karst, karena pada jumlah air yang banyak, proses pelarutan yang terjadi juga semakin banyak. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan terjadi terus pergantian air yang melarutkan, karena air mempunyai batasan tertentu dalam pelarutan, apabila air telah semakin pekat maka daya larut air akan semakin berkurang dan lama kelamaan akan jenuh dan tidak dapat lagi melarutkan. Hal ini menyebabkan semakin cepat terbentuk maupun berkembangnya bentukan karst.
2. Terdapat banyak celah atau rongga batuan
Semakin banyak celah atau rongga atau retakan-retakan pada batuan akan mempercepat laju pembentukan bentuklahan karst karena dengan adanya retakan-retakan tersebut akan memperluas permukaan yang terlarut seperti halnya faktor yang mempengaruhi semua bentuk pelarutan adalah luas permukaan zat yang melarut. Air akan melewati celah-celah retakan tersebut dan akan terus bergerak karena pengaruh gravitasi sehingga partikel-partikel air akan bertumbukan dengan partikel material batuan dan melepaskan partikel-partikelnya sehingga material penyusun batuan tersebut akan terlarut dan terbawa oleh air.
           3. Tingkat keasaman air          
Air dengan pH rendah(asam) akan lebih mudah melarutkan material yang dapat larut dalam air dibandingkan air dengan pH yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena air yang asam lebih mudah melepaskan partikel-partikel material yang dilewatinya dan bersifat lebih merusakm, sehingga pelarutan lebih cepat terjadi.
Selain itu ada juga yang factor yang berperan penting dalam pembentukan dan perkembangan bentuk lahan karst yaitu: 
Vegetasi
Vegetasi adalah faktor yang menyebabkan terjadinya dua faktor lain, yaitu tingkat keasaman yang tinggi dan terbentuknyacelah-celah retakan pada batuan. Vegetasi akan membentuk humus yang dapat meningkatkan keasaman air yang dapat lebih cepat melarutkan material-material batuan. Vegetasi juga menyebabkan terbentuknya celah-celah retakan akibat aktivitas pertumbuhan akar yang dapat memecahkan dan membentuk celah-celah pada batuan.


Topografi lahan.
Topografi lahan yang cocok untuk perkembangan bentukan karst adalah topografi yang relative landai sehingga waktu yang dibutuhkan air untuk membentuk aliran permukaan akan semakin lambat dan waktu aliran untuk memasuki celah-celah batuan akan semakin banyak, apalagi berbentuk cekungan sehingga air akan tertampung lama di atasnya dan masa air untuk melarutkanpun akan semakin lama. Ketinggian lahan yang memungkinkan terbentuknya sungai bawah tanah juga mempengaruhi perkembangan karst karena air akan dapat terus mengalir dan melarutkan lebih cepat sehingga pembentukan karst lebih cocok pada lahan yang relative tinggi.
Geologi
      Faktor yang sebenarnya paling penting adalah jenis batuannya. Tidak semua jenis batuan dapat larut di dalam air. Air hanya dapat melarutkan material batuan karbonat tertentu(mengandung CaCO3). Lapisan batuannya pun harus tebal, karena apabila tidak tebal semuanya akan habis terlarut dan bentukan karstnya tidak tersisa.
Suhu
   Suhu air juga berpengaruh dalam proses solusional atau  pelarutan material batuan karena suhu yang semakin tinggi akan menyebabkan pergerakan partikel air yang semakin cepat pula dan sekali lagi akan menyebabkan semakin banyak dan cepatnya tumbukan antar partike air dan batuan yang dapat melepaskan partike-partikel batuan sehingga larut di dalam air.
Tektonisme
Tektonisme menjadi faktor penentu pula, sesar dan kekar menjadi faktor yang amat penting. Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memberikan regangan mekanik, sehingga mempermudah gerakan air melalui batuan tersebut. Adanya kekar maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan di dalam batuan.
C. Proses Pembentukan
Ada beberapa proses pembentukan rupa bumi karst, dan memiliki tahapan yang terjadi. Di kawasan karst yang udah  dianggap lazim di dunia yaitu di sebelah timur laut Adriatic. Di kawasan ini batua-batunya mengalami patahan dan retakan yang hebat. Tahap pertama hanya terjadi  batu kapur. Walaupun begitu, aliran di permukaan tanah adalah hal yang sudah biasa. Kadang juga ditemukan lekukan-lekukan yang mempunyai sisi yang curam yang berasak dari proses gerak bumi. Dan di tengah-tengahnya ada retakan yang biasa disebut poljes. Bentuk-bentuk ini adalah bentukan kawasan karst yang sudah biasa ditemui di kawasan karst yang sudah mengalami perubahan seperti yang ada di Kentucky. Aliran di kawasan ini ditemukan bahwa mengikuti zona-zona patahan dan lipatan.
Proses yang kedua adalah bentuk-bentuk dolin ataupun tekukan yang berbentuk corong, semakin bertambah banyak, sehingga hampir mencangkup seluruh dari kawasan tersebut. Bentuk-bentuk aliran di permukaan tanah mulai digantikan oleh aliran di bawah permukaan tanah. Beberapa dolin menjadi bertambah besar, yang dikarenakan oleh pengikisan-pengikisan bagian tepi dari dolin dan runtuhan dari goa-goa batu tadi.sehingga beberapa dolin bertemu dan membentuk suatu lekukan yang panjang. Yang bebentuk seperti lorong panjang yang disebut uvalas.
Pada proses berikutnya dimana keadaan rendah tinggi berada di banyak bagian dan permukaan tanah hilang. Dari dolin-dolin yang tererosi tadi tanahnya dialirkan ke daerah yang lebih rendah, sehingga lembah-lembah menjelma menjadi shale yang di bawahnya terdapat aliran yang tidak tetap. Aliran-aliran anak sungai yang tadinya mengalir jauh di atas permukaan tanah mulai mengalir kedalam tanah karena batu kapur yang tekikis oleh perkembangan flora dalam tanah. Permukan yang masih memiliki batu kapur permuakaanya tidak merata yang membentuk puncak-puncak serta rangkaian lapies yang terjadi karena pelarutan yang terjadi di sepanjang retakan batu yang terjadi bertahun-tahu. Bentuk ini berbentuk seperti kulit kerang yang di dalamnya terdiri dari beberapa goa.
Proses terakhir dimana sistem biasa anak-anak sungai dipermukaan bumi yang memenuhi permukaan tanah. Lapisan batuan itu yang menonjol di hampir semua daerah. Diatasnya terdapat bukit kecil (hums) yang letaknya tidak terlihat diantara bukit-bukit (hums) yang lain.


D. Bentuk-bentuk Lahan
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negative dan bentuklahan positif.
1. Bentuklahan Negatif
Bentuklahan negative dimaksudkan bentuklahan yang berada dibawah rata-rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban. Bentuklahan-bentuklahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit, blind valley.
a.      Doline
Doline merupakan bentuklahan yang paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya di daerah iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah, sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline.
Menurut  Monroe (1970) doline adalah suatu ledokan atau lubang yang berbentuk corong pada batugamping dengan diameter dari beberapa meter hingga 1 km dan kedalamannya dari beberapa meter hingga ratusan meter. Karena bentuknya cekung, doline sering terisi oleh air hujan, sehingga menjadi suatu genangan yang disebut danau doline.
Berdasarkan jenesisnya, doline dapat dibedakan menjadi 4 yaitu, doline solusi, doline terban, dan doline alluvial dan doline reruntuhan. (Faniran dan Jeje, 1983)
· Doline reruntuhan
Doline reruntuhan ini terjadi sebagai akibat dari proses pelarutan yang ada di bawah permukaan yang menghasilkan rongga bawah tanah. Rongga bawah tanah tersebut atapnya runtuh, hingga mengasilkan cekungan atau depresi dipermukaan. Doline seprti ini mempunyai lereng yang cukup curam-curam terdiri dari lapisan batuan yang keras dan menurun secara tiba-tiba.
· Doline Solusi
Doline solusi terjadi karena telah berlangsungnya proses solusi/pelarutan tanpa mendapat gangguan lain terhadap batuan. Doline seperti ini terjadi secara perlahan-lahan akibat larutnya batuangamping ke dalam tanah oleh air yang meresap melalui joint atau rekahan-rekahan pada daerah batugamping.
· Doline Terban
· Doline Alluvial
Doline aluvial ini terjadi sebagai akibat karena pelarutan oleh air yang mengalir yang kemudian menghilang ke dalam tanah. Adanya proses tersebut terbentuk doline aluvial.


b. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow, 1984)
c. Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.


d. Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi lenyap dibawah tanah.
2. Bentuklahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst
a. Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-cockpit inisialing berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.
b. Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang merupakan sisa proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.

c. Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing yang menghadap kebawah dan menempel pada langit-langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya banjir. Stalakmit hamper mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap keatas.
E.Klasifikisi Karst
Klasifikassi karst secara umum telah dikategorikan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1. Klasifikasi Cvijic
a. Holokarst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna, baik dari sudut pandang bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Terjadi bila perkembangan karst secara horizontal dan vertical tidak terbatas,batuan karbonat masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuan dasarnya, serta tidak terdapat batuan impermeable yang berarti. Di Indonesia karst tipe ini jarang ditemukan karena besarnya curah hujan menyebabkan sebagian besar karst terkontrol oleh proses fluvial.
b. Merokarst, merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna atau parsial dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di batugamping yang relatif tipis dan tidak murni, serta khususnya nila batugamping diselingi oleh lapisan batuan napalan. Perkembangan secara vertical tidak sedalam perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat. Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang. Merokarst pada umunya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan dolin, goa, swllow hole berkembang hanya setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur sungai permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase bawah tanah terhambat oleh lapisan impermeable. Contoh karst tipe ini yang terdapat di indonesia adalah karst disekitar Rengel Kabupaten Tuban.
c. Karst Transisi, berkembang di batuan karbunat relatif tebal yang memungkinkan perkembangan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeable tidak sedalam di holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat. Lembah fluvial lebih banya dijumpai dan polje hamper tidak ditemukan. Contoh karst transisi di Indonesia adalah Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulsel).
2. Klasifikasi Gvozdeckij (1965)
a. Bare karst, lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst)
b. Covered karst, merupakan karst yang terbentuk apabila batuan karbonat tertutup alluvium, material fluvio-glasial, atau batuan lain seperti batupasir.
c. Soddy karst / soil covered karst, merupakan karst yang berkembang di batu gamping yang tertutup oleh tanah atai terarossa yang berasal dari pelarutan batugamping.
d. Burried karst, merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukti karst hanya dapat dikenali melalui data bor.
e. Tropical karst of cone karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.
f. Permaforst karst, merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.
3. Klasifikasi Sweeting
a. True karst, merupakan karst dengan perkembangan sempurna. Karst yang sebenarnya harus meupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan karst secara vertical. Semua kast yang bukan tipe karst dolin dikatakan sebagai deviant. Contohnya adalah karst Dinaric
b. Fluvio karst, dibentuk oleh kombinasi proses fluvial dan proses pelarutan. Fluvio karst pada umumnya terjadi pada daerah batugamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai berhilir di daerah non karst). Sebaran batu gamping baik secara vertical maupun lateral jauh lebih kecil dari pada true karst. Permukaan batugamping pada umumnya tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh proses erosi dan sedimentasi proses fluvial. Singkapan batugamping ditemukan bila telah terjadi erosi yang terjadi karena penggundulan hutan. Lembah sungai permukaan dan ngarai banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai permukaan ke bawah tanah dan keluarnya kembali sungai bawah ke permukaan merupakan fenomena yang banyak dijumpai (lembah buta dan lembah saku).
c. Glasiokarst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi yang didominasi oleh proses glasiasi dan pross glacial di daerah batugamping. Terdapat di daerah berbatugamping yang pernah ,mengalami proses glasiasi. Dicirikan oleh kenampakan hasil penggogosan, erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstoe pavement. Erosi lebih intensif terjadi disekitar kekar menghasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan pavement satu dengan yang lainnya. Dolin terbentuk terutama oleh hujan salju. Contohnya karst di lereng atas pegunungan alpen.
d. Nival karst, merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi oleh hujan salju pada lingkunagn glacial dan periglasial.
e. Tropical karst, merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis. Tropical karst secara umum dibedakan menjadi kegelkarst dan turmkarst.
Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk kerucut yang sambung menyambung. Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan dengan bentuk seperti bintang yang dikenal dengan cockpit. Cockpit sering membentuk pola kelurusan sebagai akibat control kekar atau sesar. Contoh di Indonesia adalah Karst Gunung sewu dan Karst Karanagbolong.
f. Turmkarst, dicirikan dengan bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran alluvial. Beberapa ahli beranggapan bahwa turmkarst merupakan bentukan lebih lanjut dari kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu. Distribusi sebaran bukit dan menara pada umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar dengan ukuran yag bervariasi. Kontak dari menara dengan dataran alluvium merupakan tempat pemunculan mata air dan perkembangan gua.
4. Tipe karst yang lain
a. Labyrint karst, karst yang dicirikan oleh koridor-koridor memanjang yang terkontrol oleh adanya kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok batugamping yang dipisahkan satu sama lain oleh koridor karst. Terbentuk karena pelarutan yang jaul lebih intensif di jalur sesar dan patahan. Contoh di Indonesia adalah di Papua dan sebagian Gunungsewu.
b. Karst polygonal, merupakan penamaan yang didasarjan dari sudut pandang morfometri dolin. Dapat berupa kerucut karst maupun menara karst. Karst dikatakan poligonal apabila semua batuan karbonat telah berubah menjadi kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bersambung dengan lainnya.
c. Karst fosil, merupakan karst yang terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses karstifikasinya sudah berhenti. Tipe ini dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, bentuklahan tinggalan (relict landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan lainnya. Kedua, bentuklahan tergali (exhumed landform) yaitu karst yang dibentuk pada waktu geologi sebelumnya dan tidak tertutupi batuan non karbonat yang selanjutnya muncul ke permukaan karena batuan ataonya telah tersingkap oleh proses denudasi.

F. Kerusakan Lahan Karst
Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki daya dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki jika telah mengalami kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst dapat disebut merupakan daerah yang sangat rentan, atau peka terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan banyaknya rekahan (joint) pada batuan gamping penyusun topografi karst sehingga pori-pori yang besar, permeabilitas sekunder yang tinggi, derajat pelarutan batuan yang tinggi, menyebabkan terjadinya lorong-lorong conduit yang merupakan sungai bawah tanah, sehingga masukan sekecil apapun akan diterima dan terperkolasi melaui pori-pori dan memasuki lorong-lorong sungai bawah tanah dan tersebar dengan mudah. Kawasan karst dapat dilihat sebagai suatu ekosistem, yang didalamnya terdapat hubungan interaksi dan interdependensi antar lingkungan fisik, non fisik, hayati dan non hayati, serta biogeokimia baik itu pada eksokarst, maupun endokarst yang senantiasa berhubungan. Hal ini menunjukkan bahwa sangat mudahnya lingkungan karst itu rusak, bila salah satu komponen penyusunnya rusak atau tercemar. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa lingkungan karst mempunyai daya dukung yang sangat rendah. Karena sifatnya itu, daerah karst Gunung Sewu memiliki kerentanan yang sangat tinggi.
Benturan kepentingan untuk melakukan konservasi serta tekanan penduduk untuk memanfaatkan sumberdaya alam karst pada akhirnya menimbulkan beberapa permasalahan degradasi lahan karst yang terinventarisasi sebagai berikut:
  1. Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan di kawasan karst sudah dapat dikatakan sangat intensif. Penambangan pada kawasan karst sudah menjadi kegiatan industri, baik itu yang berskala kecil, sedang, dan besar seperti pabrik semen. Umumnya, kegiatan penambangan adalah penambangan terhadap batu gamping yang mengikis kubah-kubah karst. Efek yang terjadi sebagai akibat kegiatan penambangan diantaranya adalah Penurunan indeks keanekaragaman hayati , Erosi dan sedimentasi, Penurunan tingkat kesuburan tanah, Perubahan bentang alam/ lahan, dan Pencemaran badan udara dan perairan
  1. Penebangan vegetasi
Kegiatan penebangan di karst Gunung Sewu sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Hasilnya dapat dilihat bahwa sekarang sebagian besar wilayah ini merupakan lahan kritis dan gundul. Beberapa hal yang diakibatkan oleh penebangan vegetasi adalah :Penurunan penguapan (evapotranspirasi), Peningkatan kadar C02 dalam tanah, Peningkatan permeabilitas tanah permukaan (topsoil), dan menurunnya permeabilitas subsoil. Beberapa akibat ini dapat menyebabkan akibat yang lebih destruktif lagi, yaitu tingkat erosi permukaan yang sangat tinggi, yang pada akhirnya hilangnya lapisan tanah. Pembusukan akar-akar pohon yang terjadi telah mengakibatkan berkurangnya fungsi tanah sebagai pengikat untuk menjaga kestabilan lereng.
  1. Peternakan.
  2. Pembangunan jalan raya.
Pembangunan jalan raya banyak menggunakan semen yang juga berbahan dari gamping sedangkan pengambilan gamping tesebut banyak mengambil dari kawasan karst secara ilegal, dan pengambilannya tanpa memperhitungkan dampaknya sehingga merugikan dan merusak kawasan karst itu sendiri. 
  1. Aktivitas domestik lain.
Beberapa hal diatas sebagian sudah merusak ekosistem karst yang ada. Degradasi yang ada akan menurunkan tingkat sumberdaya, baik sumberdaya air maupun sumberdaya lahannya. Berdasarkan masalah yang ada, perlu adanya inventarisasi masalah, inventarisasi sumberdaya lahan, sumberdaya air, untuk kemudian dikelompokkan sesuai dengan tingkat dan intensitasnya.

2 komentar: